Aceh Singkil – mudanews.com, Ketua Pemenangan Presiden Prabowo Subianto untuk wilayah Aceh Singkil, Subkiyadi, melayangkan apresiasi tinggi atas respons cepat dan tegas dari Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam menyikapi polemik empat pulau di Aceh yang sempat diklaim sebagai bagian dari Sumatera Utara.
Menurut Subkiyadi, intervensi langsung Prabowo adalah langkah yang bijak dan sangat dibutuhkan.
Polemik ini bermula dari klaim empat pulau milik Aceh yang dinilai Subkiyadi sebagai bagian dari upaya pembegalan wilayah.
Langkah intervensi langsung dari Presiden Prabowo ini disampaikan oleh Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, yang menyebut bahwa Prabowo akan mengambil alih penyelesaian sengketa tersebut
Subkiyadi menegaskan bahwa keterlibatan langsung Istana dalam persoalan batas wilayah Aceh Singkil ini menunjukkan kepemimpinan Prabowo yang berpihak pada keadilan dan konstitusi.
“Kami sangat mengapresiasi sikap tegas Pak Prabowo. Beliau menunjukkan kepemimpinan yang berpihak pada keadilan dan konstitusi. Ini bukti bahwa Prabowo benar-benar mendengar suara rakyat Aceh,” ujar Subkiyadi dengan nada optimis. Minggu 15/6/2025.
Ia menambahkan, langkah ini memberikan harapan baru bagi masyarakat Aceh, khususnya Aceh Singkil, yang selama ini merasa diabaikan dalam proses pengambilan keputusan penting terkait batas wilayah.
Subkiyadi juga menyoroti keputusan Menteri Dalam Negeri yang sebelumnya menetapkan empat pulau tersebut sebagai wilayah Sumatera Utara.
Menurutnya, keputusan tersebut mengabaikan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UU No. 11 Tahun 2006) dan prinsip-prinsip dalam MoU Helsinki, yang seharusnya menjamin kekhususan Aceh.
“Kami berharap dengan hadirnya Pak Prabowo, tidak ada lagi ‘pembegalan wilayah’ seperti ini. Aceh punya kekhususan yang wajib dihormati,” tegasnya.
Mengakhiri pernyataannya, Subkiyadi menyarankan agar Presiden Prabowo juga mengevaluasi posisi Mendagri Tito Karnavian dan Dirjen Otonomi Daerah Syafrizal. Ia menilai kedua pejabat tersebut telah menimbulkan kegaduhan melalui keputusan sepihak yang kontroversial. (**)