Hangatnya Meugang di Karang Baru, Wartawan dan PWI Saling Peduli

Breaking News

- Advertisement -

Mudanews.com – Karang Baru | Tradisi meugang tak sekadar soal daging dan perayaan hari besar. Di Aceh Tamiang, momen menyambut Idul Adha 1446 H menjelma jadi ruang hangat untuk merajut kebersamaan dan menguatkan silaturahmi antarsesama pewarta. Kamis(5/6/2025), halaman Kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Tamiang terasa lebih hidup dari biasanya—lebih hangat, lebih bersahabat.

Tawa renyah, sapaan akrab, dan cengkerama ringan antar sesama jurnalis mewarnai pagi itu. Di tengah rutinitas peliputan yang kerap menuntut kecepatan dan ketepatan, tradisi meugang kali ini seperti memberi jeda—sejenak berhenti, untuk saling sapa, saling kuatkan. Di tanah Muda Sedia ini, meugang bukan lagi sekadar ritual potong daging. Ia berubah menjadi simbol silaturahmi yang tumbuh dan bertahan, bahkan di tengah tekanan zaman dan dunia media yang kian dinamis.

PWI Aceh Tamiang dalam momen itu berbagi daging dengan sejumlah jurnalis yang sehari-hari meliput berbagai peristiwa di wilayah ini. Bingkisan daging yang dibagikan bukan semata pemberian materi, melainkan bentuk dari perhatian tulus antar sesama jurnalis. Di tengah tekanan pekerjaan dan situasi ekonomi yang sering tak menentu, bentuk perhatian semacam ini punya makna yang jauh lebih dalam dari sekadar pemberian.
Ketua PWI Aceh Tamiang, Erwan, turun langsung menyerahkan daging meugang kepada para pewarta. Ia menegaskan, kegiatan ini murni inisiatif internal PWI. Bukan formalitas, bukan keharusan. Tapi hadir dari rasa—rasa ingin saling menguatkan.

“Kami ingin menyapa dan menguatkan ikatan sesama rekan seprofesi. Meugang ini bukan hanya soal tradisi, tapi juga soal rasa: rasa kebersamaan kebersamaan dan rasa syukur,” ujar Erwan.

Tak ada kemegahan. Tanpa panggung, tanpa sorotan kamera resmi. Tapi justru di situlah letak kekuatannya. Di antara tawa ringan dan ucapan terima kasih yang bersahutan, terasa ada getaran kecil dari makna yang besar—tentang kehadiran, tentang dihargainya peran, dan tentang ikatan yang tumbuh dalam keheningan sederhana. Sebuah perayaan kecil, tapi sarat makna.

Salah seorang wartawan yang ikut hadir atas undangan PWI tersebut mengungkapkan bahwa kegiatan ini bukan hanya soal daging meugang, tetapi juga tentang perasaan yang dihargai. Menurutnya, perhatian seperti ini menjadi pengingat bahwa profesi jurnalis tak hanya soal kejar berita, tapi juga soal ruang untuk saling peduli, mendukung, dan tidak menjatuhkan.

Meugang—yang lazimnya menjadi ajang persiapan hidangan Idul Adha—di tangan PWI Aceh Tamiang berubah menjadi jembatan silaturahmi dan bentuk nyata kepedulian sosial. Di halaman kantor yang sederhana, semangat kebersamaan justru terasa lebih megah dari apapun.

Kegiatan ini menjadi cerminan bahwa semangat gotong royong dan rasa saling peduli masih hidup di kalangan wartawan mereka yang biasanya menyampaikan kabar, kini menerima kabar baik itu sendiri.**(tz)

Berita Terkini