Sumut Siapkan Lahan 160 Hektar Dukung 1.000 Desa Organik Tahun Ini

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Salah satu masalah utama yang dihadapi dalam pertanian dengan sistem konvensional adalah terjadinya proses degradasi lahan pertanian lahan pertanian secara terus menerus karena dibebani dengan pemberian pupuk kimia yang over intensive sehingga menurunnya kesuburan tanah.

Disamping itu juga berdampak jangka panjang pada kesehatan masyarakat selaku konsumen. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia dalam budidaya pertanian, maka pengembangan pertanian organik menjadi menarik perhatian baik ditingkat produsen maupun konsumen.

Selain itu para konsumen yang mulai memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan semakin meningkatkan permintaan terhadap produk organik.

“Bahkan pola hidup sehat yang ramah lingkungan sudah menjadi tren baru dan telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus beratribut aman dikonsumsi (food savety atributtes), memiliki kandungan nutrisi tinggi (nutritional hight atributtes) dan ramah lingkungan (enviromentally friendly),” ujar Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Tengku Erry Nuradi MSi membuka seminar nasional Refleksi 3 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, 1.000 Desa Organik atau Organik di 1.000 Desa yang digelar di Hotel Danau Toba Medan, Kamis (19/10/2017).

Tengku Erry, dalam kesempatan itu menyebutkan saat ini Provsu telah mengembangkan pertanian organik terutama untuk padi dan hortikultura. Bahkan pada tahun 2016 terdapat lima desa di Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Karo yang telah memperoleh sertifikat untuk tanaman padi dan palawija serta buah dan sayuran (semangka dan kacang kuning) dari lembaga sertifikasi organik seloliman (Ledsos) yang berpusat di Jawa Timur.

Untuk tahun 2017 melalui dukungan pembiayaan dari Kementrian Pertanian sedang dirintis kegiatan fasilitasi penerapan budidaya padi organik di lima desa dari Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Simalungun dan Serdang Bedagai dengan total luas lahan 160 hektar.

“Hal ini diharapkan kedepan akan menjadi pemicu dan pemacu berkembangnya pertanian organik di Sumut. Pengembangan pertanian organik bukanlah pekerjaan yang mudah. Akan tetapi menghadapi banyak tantangan seperti kurangnya penagwasan dan sulitnya sertifikasi, serta minimnya pemahaman dan informasi yang dimiliki petani dalam pertanian organik. Namun demikian kita harus optimis program ini akan memberikan dampak positif dalam merubah pola pikir masyarakat tani tentang manfaat budidaya organik yang ramah lingkungan,” ucap Erry.

Untuk mewujudkan desa organik, dibutuhkan pendampingan yang intensif dari berbagai pihak terkait, termasuk didalamnya pemerintah melalui para penyuluh pertanian di lapangan dan pemerhati bidang pertanian seperti Yayasan BITRA Indonesia yang tujuan keberadaannya di masyarakat dalam mengembangkan sumber daya alam sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan sosial dan martabatnya.

Oleh karena itu Tengku Erry mengharapkan SKPD lingkup pertanian baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten Kota agar terus menerus mendorong pengembangan budidaya pertanian organik sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang sudah mulai mengarah kepada produk-produk yang bebas bahan kimia dan ramah lingkungan.

“Kepada para akademis, aliansi organik Indonesia dan stake holder terkait diharapkan mampu melahirkan berbagai inovasi teknologi budidaya organik untuk dapat disosialisasikan kepada aparat terdepan dalam pembangunan pertanian utamanya para penyuluh untuk ditransformasikan kepada para pelaku utama. Tingkatkan selalu kualitas produk unggulan pertanian kita sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar-pasar modern dan ekspor,” harap Erry.

Dalam kesempatan itu Tengku Erry juga menyampaikan Provinsi Sumut (Provsu) memiliki potensi yang cukup besar dalam pembangunan sektor pertanian baik tanaman pangan maupun hortikultura. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut luas bahan baku sawah tahun 2016 seluas 435.814 hektar. Sedangkan luas lahan kering yang memiliki potensi untuk diusahakan tanaman pangan dan hortikultura seluas 1.215.840 hektar yang tersebar di 33 Kabupaten Kota se Sumatera Utara.

Saat ini kontribusi Provsu dalam penyediaan pangan nasional khususnya padi cukup besar mencapai 5,82%, jagung 6,71%, cabai merah 13,40% dan bawang merah 1,11%. Sedangkan komoditi hortikultura lainnya cukup prospektif untuk dikembangkan.

Produksi padi Provsu pada tahun 2016 mencapai 4.609.791 ton atau terjadi peningkatan 13,97% dari tahun 2015. dan untuk tahun 2017 produksi padi Sumut ditargetkan 5,2 ton. Hal ini merupakan pencapain prestasi yang luar biasa dan tertinggi yang dicapai Provsu dalam kurun waktu 11 tahun terakhir.

Selama 2016 peningkatan produksi juga terjadi pada komoditi tanaman pangan lainnya yaitu jagung mencapai 1.557.463 ton atau meningkat 2,5% dari tahun 2015. Semua peningkatan produksi tersebut baik padi maupun jagung hampir seluruhnya dihasilkan dengan sistem budidaya yang konvesional (an-organik).

Sebelumnya Presiden Indonesia Organic Alliance (AOI) Wahyudi menyampaikan bahwa 1.000 Desa Organik adalah salah satu program andalan pemerintahan saat ini sebagai wujud dari Nawacita Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Program ini menargetkan terbangunnya 650 desa organik dengan basis utamanya sektor tanaman pangan, 250 desa dengan basis hortikultura dan 150 desa dengan basis tanaman perkebunan di tahun 2019.

Gagasan membangun desa organik ini sangat diapresiasi oleh para penggiat pertanian organik tidak saja dikalangan dalam negeri maupun dilevel internasional. Adapun tujuan digelarnya seminar nasional kali yakni memberikan gambaran yang lebih jelas kepada peserta seminar khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang program 1.000 desa organik, perkembangan sejauh ini, tantangan dan peluang yang dihadapi dalam melaksanakannya.
Seminar ini juga bertujuan untuk memberikan masukan kepada para pihak untuk meningkatkan efektifitas dan keberlanjutan pengembangan program 1.000 desa organik dalam konteks kesejahteraan petani dan masyarakat. S

elain itu juga dalam rangka menfasilitasi terbangunnya jaringan diantara para pihak yang terlibat dalam pembangunan pertanian organik di Indonesia. “Acara ini diikuti oleh 300 peserta yang berasal dari Aliansi Organis Indonesia, akademisi, anggota Isodar, instansi pemerintah, ALGOA, masyarakat umum, LSM dan jurnalis,” ujarnya.

Hadir dalam acara tersebut, Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kemendagri Dody Edward, Kasubid Padi Tadah Hujan dan Lahan Kering Kementan RI Dewi Taliroso, Bupati Sergai Soekirman, Presiden AOI Wahyudi, Kadis Tanaman Pangan dan Hortikultura Provsu Azhar Harahap, perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kota se-Sumut, perwakilan perguruan tinggi dan para perwakilan Lembaga Pertanian se Indonesia. Berita Medan, Ahmad

- Advertisement -

Berita Terkini