Jangan Korbankan Siswa Sebagai Generasi Bangsa

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kita patut mensyukuri bahwa Indonesia sebagai negara yang merdeka, seluruh anak tanpa pandang status sosial saat ini dengan mudah bisa menempuh pendidikan yang layak.

Bebebeda di zaman penjajahan dulu, hanya kelompok rakyat tertentu yang bisa bersekolah, hanya rakyat dengan kasta atau status sosial yang tinggi yang bisa menikmati pendidikan tinggi. Perubahan ini lah yang patut kita syukuri dan terus menjadi semangat kebersamaan kita untuk mempercayakan keberlangsungan masa depan bangsa ini kepada anak-anak yang bersekolah sebagai generasi penerus bangsa.

Namun dalam beberapa hari terakhir kita dihebohkan dengan adanya kabar dari dunia pendidikan di Sumatera Utara yang menurut saya keadaan ini sangat menyakitkan hati semua orang. Dikutip dari media online Tribun Medan yang terbit per tanggal 13 september menceritakan yakni adanya keputusan dari dinas pendidikan Sumatera Utara yang memindahkan ratusan siswa di SMAN 2 dan SMAN 13 Medan karena siswa tersebut dianggap sebagai “siswa siluman”.

Ironinya di berbagai media redaksi “siswa siluman” itu seolah olah adalah sebutan yang pas untuk siswa yang akan dikeluarkan, apa tidak ada redaksi yang lebih baik untuk aset-aset bangsa yang hari ini sedang berproses untuk menjadi sejatinya manusia yang berakhlak mulia.

Sebagai seorang tenaga pengajar, bagi saya situasi ini sangat menyedihkan, kenapa bisa siswa yang sudah belajar di sekolah tersebut tiba-tiba muncul keputusan untuk memindahkan ke sekolah swasta, fenomena yang menjadi viral ini pun memunculkan beberapa asumsi dari saya pribadi, yang mana pada intinya saya hanya menyampaikan pesan dari keputusan tersebut akan memberikan efek yang buruk bagi siswa secara psikologis.

Dikatakan dalam media tersebut bahwa siswa yang dikenakan sanksi dikeluarkan dari SMAN 2 adalah siswa yang mendaftar tidak melalui jalur Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online, nah pertanyaannya kalaulah ratusan siswa tesebut tidak melalui jalur PPDB kenapa siswa tersebut bisa masuk dan mengikuti proses belajar mengajar di SMAN 2 Medan? Nah saya berasumsi pasti adanya proses yang dilakukan sekolah dengan Dinas Pendidikan Sumatera Utara terkait hal ini, bukankah tugas dinas pendidikan bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pendidikan di setiap sekolah, bahkan dalam pelaksanaan pendidikan, dinas pendidikan menempatkan pengawas di tiap tiap sekolah, jadi kenapa kasus yang memalukan ini bisa terjadi?

Selanjutnya adalah pihak pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan harusnya lebih memprioritaskan nasib dan efek mental yang diakibatkan dari kasus ini terhadap siswa, bayangkan setiap siswa nantinya mendapatkan sanksi sosial dari lingkungan sekolah barunya maupun lingkungan rumahnya. Apa tidak ada solusi lain selain mengeluarkan siswa siswa tersebut dari sekolahnya? Apakah kasus ini merupakan seluruhnya kesalahan siswa sehingga disini siswa yang dijadikan korban.

Sebaiknya hentikan saja permasalahan ini, kembalikan anak-anak tersebut ke sekolah asalnya, semua pihak menjadikan ini sebagai pembelajaran, sama seperti asas yang dipelopori oleh Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.

Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

Sekali lagi saya menyampaikan pesan bahwa jangan karena kelalaian pihak pihak yang menyelenggarakan pendidikan sehingga mereka aset bangsa, peserta didik menjadi korban kebobrokan sistem.

Sebagai seorang guru, aku memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membuat hidup seseorang menderita atau gembira. Aku bisa menjadi alat penyiksa atau pemberi ilham, bisa bercanda atau mempermalukan, melukai atau menyembuhkan. Dalam semua situasi, reaksikulah yang menentukan apakah sebuah krisis akan memuncak atau mereda dan apakah seseorang akan diperlakukan sebagai manusia atau direndahkan. “Haim ginott”. Opini Sumut, Dian Rahmad Fadly Dalimunthe/borbor

 

Penulis merupakan guru matematika di Yayasan Pendidikan Islam Haji Masri Darul Ilmi Murni

- Advertisement -

Berita Terkini