Mewujudkan Sekolah/Madrasah yang Responsif Gender [Bagian II]

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Indikator Sekolah/Madrasah Berwawasan Gender.

Sekolah/Madrasah merupakan lembaga yang berperan penting untuk merubah pola pikir peserta didik termasuk perilaku–perilaku yang dianggap bias gender. Oleh karena itu, Sekolah/Madrasah adil gender memegang peran dan fungsi yang strategis dalam mempersiapkan peserta didik agar dapat mengembangkan multi intelegensianya secara optimal tanpa terkendala oleh nilai-nilai sosial budaya yang kadang bias gender. Hanya sebagai penegasan, yang dimaksud dengan sekolah berwawasan gender adalah suatu Sekolah/Madrasah yang baik aspek akademik, sosial, aspek lingkungan fisiknya maupun lingkungan masyarakatnya memperhatikan secara seimbang baik kebutuhan spesifik untuk anak laki-laki maupun untuk anak perempuan.

Dengan demikian guru, orang tua, tokoh, anggota masyarakat di sekitarnya serta siswa laki-laki dan perempuan menyadari akan pentingnya dan oleh karena itu mempraktekkan tindakan-tindakan yang setara dan adil gender. Selain itu, sistem manajemen Sekolah/Madrasah, kebijakan-kebijakan dan tindakan nyata juga mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang mungkin berbeda antara laki-laki dan perempuan. Aspek kurikulum, pembelajaran, metodologi pembelajaran, interaksi pembelajaran di kelas, dan proses manajemen pembelajaran juga berwawasan kesetaraan dan keadilan gender. Beberapa indikator yang bisa dijadikan acuan antuk (bersentuhan dengan) mewujudkan sekolah berwawasan gender adalah sebagai berikut:

1. Adanya pembelajaran responsif gender

Pembelajaran responsif gender adalah proses pembelajaran yang memberikan perhatian seimbang bagi kebutuhan khusus laki-laki maupun perempuan. Sedangkan indikator pembelajaran responsif gender antara lain:

Pertama, Peserta didik perempuan dan laki-laki memperoleh akses partisipasi dan manfaat yang sama dari kegiatan belajar di sekolah, tanpa terpengaruh oleh pandangan stereotipe terhadap jenis kelamin tertentu. Kedua, Peserta didik perempuan dan laki-laki memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam belajar di sekolah/Madrasah. Ketiga, Peserta didik laki–laki dan perempuan memiliki kesempatan dan cara efektif untuk berbagi pengalaman hidup yang cenderung berbeda. Keempat, Berkurangnya pola–pola dan perilaku Sekolah/Madrasah yang dapat memarginalkan salah satu jenis kelamin, misalnya anak laki–laki dan perempuan bebas memilih pelajaran sesuai minat dan bakat  tanpa dibatasi oleh jenis kelamin. Kelima, Peserta didik laki-laki dan perempuan yang memiliki kesulitan belajar memperoleh pelayanan yang baik dan bermutu dari tenaga pendidik. Keenam, Peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki pilihan peran yang beragam dibandingkan dengan peran-peran tradisional mereka tanpa hambatan budaya dalam kehidupan mereka melalui pembelajaran di Sekolah/Madrasah. Ketujuh, Bahan ajar yang ada di sekolah seperti buku teks pelajaran, buku pengayaan, buku bacaan, serta bahan dan alat peraga pengajaran terbebas dari materi yang memuat gender stereotip seperti: pembagian kegiatan domestik cenderung digambarkann dilakukan oleh perempuan, sedangkan pekerjaan di sektor publik cenderung dilakukan oleh laki-laki.

2. Adanya perencanaan pembelajaran responsif gender

Pada pembelajaran responsif gender guru harus memperhatikan berbagai pendekatan belajar yang memenuhi kaidah kesetaraan dan keadilan gender, baik melalui proses perencanaan pembelajaran, interaksi belajar mengajar, pengelolaan kelas, mauipun dalam evaluasi hasil belajar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pembelajaran-pembelajaran adalah :

a) Materi atau konten pembelajaran apakah materi mengandug stereotip gender
b) Metodologi dan pedekatan mengajar. Guru harus memilih metode belajar mengajar yang dapat memastikan partisipasi yang setara dan seimbang antara peserta didik laki-laki dan perempuan;
c) Kegiatan Pembelajaran. Rencana pembelajaran harus dapat menjamin agar semua siswa dapat berpatisipasi dalam seluruh kegiatan pembelajaran tanpa kecuali baik laki-laki maupun perempuan.

3. Adanya penataan ruang Kelas yang responsif gender

Tata letak ruang kelas sangat penting untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Tata letak ruang kelas perlu merespon kebutuhan khusus anak perempuan dan anak laki-laki.

4. Adanya Managemen Sekolah responsif Gender

Pendekatan MBS/M yang berbasis kesetaraan gender ini mempunyai ciri dengan indikator sebagai berikut:

a. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang sama atau setara dalam mengendalikan sistem pendidikan di sekolah misal : kesamaan kesempatan antara laki-laki dan perempuan untuk menjadi Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah.

b. Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan peran yang sama atau setara dalam membina, mengarahkan dan melaksanakan pelayanan pendidikan di sekolah dan dapat memperoleh manfaat yang sama dari kesempatan dan peran tersebut.

c. Sekolah/Madrasah memberi penghargaan terhadap hasil unjuk kerja tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan berdasarkan atas kompetensi yang mereka miliki tanpa terkendala oleh hambatan kultural terkait peran yang mereka jalankan.

d. Tersedia data terpilah menurut jenis kelamin di Sekolah/Madrasah sebagai dasar informasi dalam melakukan perencanaan, implementasi maupun monitoring dan evaluasi pendidikan responsif gender. Misalnya : data tentang jumlah siswa menurut jenis kelamin, data tentang siswa berprestasi menurut jenis kelamin, data tentang guru menurut kepangkatan;

e. Perempuan dan laki–laki memiliki hak yang sama untuk menempati jabatan struktural atau jabatan fungsional di sekolah;

f. Sekolah/Madrasah memilki saran prasarana yang dapat diakses dan memenuhi kebutuhan khusus laki-laki dan perempuan.

5. Adanya penggunaan bahasa yang responsif gender

6. Adanya Interaksi Kelas yang responsif gender

Opini Sumut, Nazaruddin, S.PdI

Penulis Adalah Ka. MTs Madinatul Ilmi dan ketua IGI Kabupaten Langkat

- Advertisement -

Berita Terkini