Sejarah Kuda Menjadi Budak Manusia

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Dalam bukunya Aristoteles yang berjudul Retorika, seorang ahli pidato yang bernama Stesikhorus menceritakan awal mula kuda menjadi budak manusia. Mari simak ceritanya:

Di suatu padang rumput yang luas, hidup sekelompok kuda yang menguasai padang rumput tersebut. Mereka tidak pernah kekurangan makanan. Mereka hidup dengan bebas dan dengan penuh kemerdekaan memakanan rumput yang luas itu.

Tapi, pada suatu hari, muncullah seokor rusa jantan di padang rumput yang dihuni kuda-kuda tadi. Rusa jantan itu ikut memakani rumput-rumput yang sudah menjadi milik sekelompok kuda. Tidak lupa, rusa jantan itu memanggil keluarga besarnya untuk juga memakan rumput-rumput.

Alhasil, kuda-kuda merasa tarancam atau merasa terganggu atas kedatangan rusa ke tempat mereka. Makanan yang seharusnya milik mereka, kini telah direbut oleh rusa-rusa. Singkat permasalahannya, rusa itu mengganggu seluruh padang rumput milik kuda.

Kuda ingin membalas perbuatan rusa jantan itu. Akan tetapi, apalah hendak dilakukan, kuda tidak mempunyai kekuatan, ditambah lagi rusa jantan itu mempunyai tanduk yang runcing nan bercabang-cabang.

Merasa tidak mampu mengusir rusa itu, seorang kuda yang menjadi pemimpinnya pun mencari bantuan. Lewatlah seorang manusia di daerah padang rumput itu. Dengan cepat pemimpin kuda itu mendekati seorang manusia yang melewat di daerahnya. Mungkin manusia itu hendak berburu.

“Wahai manusia?” Kuda itu memberi salam.

“Ya, ada apa kuda?” Seorang manusia itu menjawab dengan ramah sambil balik bertanya.

“Dapatkah engkau membantuku?” Kuda itu meminta.

“Apa yang hendak aku bantu?” Tanya balik manusia itu.

“Sedikit perlu kiranya kuceritakan padamu sebagai sebab-musahab mengapa aku meminta bantuan dari engkau.” Kata kuda itu.

“Ceritakanlah.” Kata manusia itu sambil duduk santi sambil meletakkan tombaknya.

Kuda itu pun menceritakan bagaimana kemakmuran mereka terganggu setelah kedatangan rusa jantan tadi. Saat mendengarkan cerita kuda, betapa kasihannya seorang manusia yang dengan sabar mendengarkan apa yang menjadi permasalahan dan sebab-musabab kuda itu meminta tolong padanya.

“Dapatkah engkau menolongku untuk mengusir rusa itu?” Kuda itu bertanya lagi di akhir ceritanya.

“Ya, aku akan membantumu.” Jawab seorang manusia itu.

Kuda itu pun tersenyum bahagia karena manusia itu mau membantunya mengusir rusa jantan yang mengganggu padang rumput mereka. “Tapi ada syaratnya.” Kata manusia itu setelah diam beberapa detik.

“Apa yang harus kupenuhi wahai manusia?”

“Aku akan membantumu mengusir rusa itu, asal kau ijinkan aku mengekang dan menaiki punggungmu dengan membawa tombak.”

“Mengapa harus menaikiku?”

“Rusa itu kan lincah berlari, dan kau pun juga lincah berlari. Sedangkan kecepatan lariku akan jauh tertinggal dibanding rusa jantan itu. Tapi, dengan menaikimu sambil membawa tombak ini, aku bisa mengusirnya. Kalau dia tidak mau diusir, rusa itu terus belari, kita bisa mengejarnya dan menancapkan tombak ini ke perutnya.” Kata manusia itu menjelaskan sambil berdiri.

Kuda itu diam sejenak. Sepertinya ia sedang memikirkan atau menimbang-nimbang sesuatu. Alhasilnya kuda itu pun setuju ditunggangi oleh manusia yang hendak mau menolongnya mengusir rusa tadi.

Usaha demi usaha manusia dan kuda itu pun membuahkan hasil sebagaimana keinginan kuda tadi, mengusir rusa dari padang rumput milik mereka.

Akan tetapi, alih-alih bisa membalas perbuatan rusa, kuda itu malah dijadikan budak oleh si manusia. Mengapa kuda itu menjadi budak manusia? Karena kuda itu telah dapat dikekang. Manusia itu dapat menunggangi punggung kuda itu sesuka hatinya.

Demikian juga dalah hidup kita ini. Jika membiarkan diri kita, bangsa kita, atau negara kita dikekang oleh orang lain dan juga membiarkan “punggung” kita ditunggangi orang lain, bangsa lain, atau negara lain, maka kita atau negara kita akan menjadi budak oleh yang mengekang dan menunggangi kita.

Sekian dari cerita awal mula kuda menjadi budak manusia ini. Mudah-mudahan kita dapat mengambil makna atau pelajaran dari cerita ini. Semoga kita dan negara kita tidak dikekang dan dalam momentum kemerdekaan ini, semoga kemerdekaan yang hakiki kita dapatkan atau kita ciptakan. Mudah-mudahan kita menjadi bangsa dan negara yang mandiri juga berdikari.[]

Penulis: Ibnu Arsib (Instruktur HMI dan Penggiat Literasi di Kota Medan).

- Advertisement -

Berita Terkini