Nilai-Nilai Ketakwaan Ramadan (Nilai Kebahagian)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Nilai-nilai ketakwaan sebagaimana harapan akhir ayat 183 surah al-Baqarah. Ahmad Hassan dalam Al-Furqan Tafsir Quran-nya menjelaskan makna “takwa” di sini adalah “agar terpelihara dari kejahatan”. Hal ini sesuai dari esensi ibadah puasa itu agar mendidik nafsu manusia terpelihara dari kejahatan dan syahwat.

Kita perlu sadar diri, terkhusus setelah melaksanakan ibadah mulia, dibulan yang mulia (bulan Ramadan), yang di dalamnya turunnya Alquran yang mulia, dan juga di dalamnya ada malam yang mulia (lailatul qadr), serta adanya kewajiban memuliakan fakir miskin-mengeluarkan zakat fitrah, serta amalan mulia lainnya seperti zikir, tadabbur Alquran, majelis ilmu, olah hati, olah pikir, dan kontemplasi yang dilakukan saat i’tikaf.

Jika nilai-nilai di atas bisa kita lakukan, maka title takwa akan melekat dalam diri kita. Taqarrub kepada Allah selama Ramadan membekas selalu di jiwa kita. Sehingga bisa menjadi manusia yang bahagia.

Meraih bahagia itu karena istiqamah bertaqqarrub kepada Allah sebagaimana dijelaskan dalam Alquran:

وإذا سألك عبادى عنّى فإنى قريب، أجيب دعوة الداع إذا دعان فليستجيبوا لى وليؤمنوا بى لعلهم يرشدون

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (QS/2: 186).

Prof. Hamka menulis buku Tasawuf Modern setebal 377 halaman untuk menyimpulkan bahwa “bahagia itu dekat dengan kita, ada di dalam diri kita”. Namun demikian, betapa sulitnya kita dalam menggapai bahagia itu, hal itu karena kita hanya cendrung memikirkan dunia kita ketimbang akhirat. Lebih cendrung memikirkan lahiriyah-materi, ketimbang rohaniyah-spritual.

Kita hanya menggali bahagia dari luar diri, kita pergi ke pantai kita anggap itu bahagia, kita memiliki harta banyak kita anggap itu bahagia, kita bisa beli barang bagus kita anggap itu bahagia, dan masih banyak lainnya yang terlalu gila kita mengejar bahagia yang semu, fatamorgana, dan sesaat.

Padahal, mengolah jiwa agar bersyukur, bertafakkur, terus menerus semakin masuk dalam diri kita, taqarrub ilallah, terkhusus istiqomah mengamalkan nilai-nilai ketakwaan, maka Insya Allah kita akan merasakan bahagia itu.

Semoga nilai-nilai Ramadan yang telah kita lakukan mejadikan kita manusia yang bertaqwa, menjadikan jiwa kita suci kembali seperti baru. Bukan hanya rumah kita yang baru di saat hari raya seperti sekarang ini, tetapi yang baru ialah kehidupan keluarga lebih islami dirumah. Bukan HP kita yang baru, tetapi Alquran sebagai pegangan hidup. Bukan kendaraan kita yang baru, tetapi amalan-amalan kita. Terakhir bukan pakaian kita yang baru dan baik, tetapi pakaian taqwa kita yang diperbaharui, karena pakaian takwa itulah paling baik. (QS/7: 26). “ولباس التقوى ذلك خير…”

…………………..

Bersambung ke Bagian 8…

Oleh: Faisal Amri Al-Azhari, M.Ag

Jum’at yang Berkah.

Tanjungpura, 10 Syawal 1440 / 14 Juni 2019

- Advertisement -

Berita Terkini