Polemik Kota Sejuta Lubang Mendapat Award 2017

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Semenjak ditetapkannya Kota Medan mendapat dua kategori penghargaan pada ajang Indonesia Attractiveness Award (IAA) 2017, yaitu kategori Kota Terbaik Indonesia 2017 dan kategori Kota Terbaik Per Region Sumatera, mendapat polemik baru khususnya di Kota Medan sendiri.

Penghargaan tersebut langsung diterima oleh Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin , dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) yang diwakili oleh Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemedagri, Zudan Arif Fakrullah, di Java Ballroom The Westin, Jakarta, pada tanggal 29 Oktober 2017.

Banyak pihak-pihak menganggap bahwa pemberian penghargaan tersebut sungguh sangat keliru. Masyarakat kota Medan merasa Kota Medan tidak layak mendapatkan penghargaan tersebut, apalagi dijadikannya Medan sebagai Kota Terbaik. Padahal, secara realitanya, di Medan sendiri entah apa yang baik itu.

Hari ini, Kota Medan terkenal dengan sebutan nama Kota Sejuta Lubang. Maksudnya sejuta lubang adalah, di sepanjang jalan yang ada di Kota Medan terlihat lubang ada di mana-mana. Terkadang menjadi keluhan masyarakat pengguna jalan. Pembangunan jalan yang berada dalam urusan Pemerintah Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, tidak dapat memuaskan masyarakat Kota Medan. Maka dari itu, muncul stigma masyarakat, di kemankan dana pembangunan jalan sehingga tidak mampu menutupi lubang-lubang yang jutaan jumlahnya.

Bukan hanya permasalahan jalan, di sepanjang Kota Medan, sampah bertumpuk di mana-mana. Terkadang ini menjadi keluhan masyarakat, karena Dinas Kebersihan kurang bekerja. Selain daripada permasalahan jalan dan sampah, apabila Kota Medan di guyur hujan, tidak beberapa jama, banjir sudah ada di mana-mana. Jalan-jalan protokol penuh dengan genangan air.

Penulis begitu heran, mengapa Kota Medan (selanjutnya kita sebut Kota Sejuta Lubang) bisa mendapatkan penghargaan tersebut. Sungguh sangat aneh memang, mata penglihatan, pendengaran dan para penilai yang memasukkan Kota Sejuta Lubang ini mendapatkan salah satu Award Kota Terbaik 2017 di Indonesia, selain dari Kota Bandung, Kota Surabaya, dan Kota Bandung.

Anehnya, Pemko Kota Medan merasa bangga mendapatkan penghargaan tersebut (seperti yang diucapkan Walikota dalam pidatonya) padahal realitanya tidak demikian. Masyarakat merasakan sendiri bagaimana keadaan Kota Medan saat ini. Jalan sudah begitu macet sepanjang hari, ditambah lagi sejuta lubang, belum lagi masalah Podomoro yang banyak merugikan masyarakat setempat dibangunnya Podomoro.

Seharusnya, penghargaan itu harus sesuai realitas yang di alami oleh masyarakat. Jika dilakukan survei kepada masyarakat yang ada di kota Medan, apakah Kota Medan layak medapatkan Kota Terbaik 2017, tentunya mayoritas tidak setuju. Karena sampai hari ini, masyarakat Kota Medan merasa kecewa dengna pembangunan Pemko Medan. Hal yang kita sebutkan masih secara fisik, belum lagi pembangunan non-fisik.

Aneh bin ajaib memang penghargaan itu. Pemberi penghargaannya “buta” dan yang menerimanya “tuli”. Inilah realita Indonesia, dan Kota Medan inilah Kota Sejuta Lubang. Opini Sumut, Ibnu Arsib

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum UISU Medan dan Instruktur HMI Cabang Medan.

 

- Advertisement -

Berita Terkini