Pemuda
Net/Ilustrasi

MUDANEWS.COM – Pada masa yang canggih akan teknologi sekarang ini, manusia disibukkan dengan hal–hal yang melalaikan. Padahal, kemajuan teknologi yang sekarang ini sangatlah membantu manusia dalam menjalani aktivitasnya sehari–seharinya. Itulah dampak positif dari kemajuan teknologi, manusia sudah meninggalkan kebiasaan premitif – nya dalam melakukan pekerjaannya. Mau tidak mau, suka tidak suka, manusia dituntut harus mampu mengikuti perkembangan zaman yang semakin hari semakin maju, apabila ia tidak mampu, maka ia akan tertinggal oleh kemajuan jaman tersebut dan apabila manusia tersebut tidak dapat memanajemen dirinya dengan baik dalam menghadapi kemajuan zaman, maka manusia tersebut akan terlindas oleh kemajuan zaman dan menjadi korban dari padanya.

Inilah salah satu menjadi faktor kemunduran nilai–nilai Islam terutama pada Pemuda-Pemuda Islam. Pemuda Islam sekarang telah banyak yang terikut pada budaya sekularisme. Contohnya dapat dilihat dari kebiasaan Pemuda–Pemuda sekarang yang banyak hobi meminum–minuman alkohol, narkoba, dan seks bebas. Perempuan-Perempuan kini tidak malu dalam berpakaian yang lebih menampakkan aurat. Padahal kebudayaan tersebut sangat dilarang dalam ajaran Islam. Contoh itulah yang dapat kita ambil dalam melihat menurunnya nilai–nilai Islam.

Apabila kita kembali melihat lembaran masa lalu, Islam pada masa itu sangat berjaya, contohnya pada dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah, dan dinasti Usmaniyah. Ketiga kerajaan tersebut sangat besar dalam merdakwah meyerukan kalimat–kalimat tauhid Islam. Pemuda–Pemuda sekarang kemungkinan tidak banyak yang tau akan ketiga dinasti tersebut.

Di Indonesia sekarang ini, banyak yang beranggapan bahwa kerajaan Islam pertama kali di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, padahal ada kerajaan yang lebih dulu dari Samudra Pasai yang tidak jarang kali ditulis dalam lembaran–lembaran buku Pendidikan Agama Islam atau buku–buku pendidikan Islam. Kita disodorkan buku–buku sejarah Islam, terutama Sejarah Islam di Nusantara, yang mana buku tersebut dikarang oleh bangsa asing penjajah yang tidak memeluk agama Islam akan tetapi berani menulis buku tentang sejarah Islam di Indonesia, kita ketahui tujuan dari penjajah adalah ingin memecah belah agama Islam terutama di Indonesia sehingga rakyat Indonesia lemah dalam fisik karena di pecah belah dan lemah dalam pemahaman ajaran–ajaran Islam.

Salah satu cara mereka adalah memutarbalikkan sejarah Islam, bahkan mencapur aduk sejarah–sejarah Islam dengan dongen–dongen orang Yahudi ke dalam sejarah Islam. Karena itu banyak kita baca buku–buku Pendidikan Agama Islam di sekolah–sekolah yang tidak sejalan dengan kebenaran sejarah. Mengatakan bahwa Islam menghambat kemajuan dan mempersubur kebuduakan, kemudian menjadi orang–orang yang sekuler yang memusuhi agamanya sendiri, Agama Islam.

Maka tidak heran kita, kalau kaum penjajah menulis dalam buku Sejarah Islam, bahwa kerajaan Samudra Pasai adalah yang terbesar. Salah satu tokoh penjajah seperti Prof. Dr. Snouck Hourgrunye tanpa malu menulis Sejarah Islam di Indonesia dengan mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke XIII M. Dan Raja Islam pertama yaitu Malikus Saleh yang memakan cacing. Mereka tidak mau akui bahwa Islam telah masuk ke Nusantara pada abad pertama hijriah dan Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara adalah Kerajaan Perlak pada awal abad ketiga hijriah (abad ke IX M).

Perlak sebagai pelabuhan berniaga yang maju dan aman di abad ke VII M, menjadi tempat pelabuhan kapal–kapal bangsa Arab Parsi. Bangsa Parsi, banyak yang menganut ajaran Syi’ah setelah terjadinya revolusi Syi’ah yang besar di Parsi pada tahun 744 – 747 M. Maka berkembanglah ajaran–-ajaran Islam di daerah ini dan berdirilah Kerajaan Perlak pada tahun 225 H/840 M dengan dipimpin oleh sultan pertama yang bernama “Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Syah”.

Sedangkan kerajaan Samudra Pasai berdiri pada tahun 433 H/1042 M yang dipimpin seorang Sultan yang bernama “Maharaja Mansur Syah”. Maka sudah jelas perbandingan tahun antar Kerajaan Perlak dan Kerajaan Pasai. Sebagai Pemuda Islam, kita harus jeli dalam memandang Sejarah Islam, bisa jadi Buku Sejarah Islam yang selama ini kita baca adalah karangan dongen dari Penjajah – Penjajah dahulu yang niat mereka ingin memecah belah Agama Islam di Indonesia itu sendiri. Opini Sumut, Muhammad Ridho Pratama Oktaviansyah

Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi UISU Medan dan Kader HMI Cabang Medan.