Hakikat Menjadi Seorang Kader HMI

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Menjadi Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) untuk saat ini tidaklah sulit. Secara formalitasnya, setelah dinyatakan lulus Latihan Kader I (LK I) atau nama lainnya Basic Training, maka seorang mahasiswa Muslim yang bergabung di HMI dinyatakan sah menjadi seorang kader HMI. Demikianlah syarat formalitas yang sesuai dengan aturan main HMI.

Nah. Pertanyaannya adalah, cukupkah memenuhi syarat normatif menjadi seorang kader HMI? Nampaknya begitulah yang banyak terjadi di lingkungan HMI saat ini. Status kader hanya formalitas belaka. Tidak terlihat bagaimana ciri kader yang benar-benar kader HMI. Tidak mencerminkan sebagai kader HMI. Maka dari itu, tidak heran bahwa banyak pendahulu-pendahulu HMI mempertanyakan kualitas kader HMI saat ini.

Perlu sekali kita ketahui dan harus tertanam di dalam hati kader HMI, bahwa yang dimaksud dengan kader itu adalah sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang besar. Dengan demikian seorang kader mempunyai tanggung jawab yang besar di dalam suatu kelompok atau organisasi. Kader disebutkan sebagai tulang punggung, dapat kita bayangkan jika seseorang tidak memiliki tulang punggung, maka seseorang tersebut tidak akan kuat berdiri dan mudah robah. Begitulah pentingnya kader sebagai tulang punggung di HMI.

Maka dari itu, ciri atau hakikat seorang kader HMI harus terwujud dalam empat hal yang paling pokok. Pertama, seorang kader HMI harus bergerak dan terbentuk dalam HMI yang mengenal aturan main dalam ber-HMI. Seorang kader HMI tidak bermain dan tidak berprilaku seseuai dengan selera kepentingannya masing-masing.

Kedua, seorang kader HMI mempunyai komitmen kuat (permanen) yang terus menerus ia lakukan sesuai dengan tujuan dan arah perjuangan HMI. Dia tidak mengenal semangat musiman dalam ber-HMI, akan tetapi komitmen itu utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan mengaplikasikan nilai-nilai kebenaran.

Ketiga, seorang kader miliki bobot dan kualitas diri sebagai tulang punggung di HMI yang mampu menyangga keutuhan HMI dan komunitas di masyarakat yang lebih besar. Maka, fokus seorang kader HMI adalah peningkatan kualitas, baik itu kualitas iman dan ilmu. Akan tetapi tidak menyampingkan juga penambahan kuantitas. Untuk itu, penambahan kualitas dan kuantitas (rekrutmen kader) harus menjadi salah satu titik fokus seorang kader HMI.

Terakhir, keempat, seorang kader memiliki visi (pandangan), misi (tujuan) dan kepedulian yang serius dalam merespon dinamika perkembangan sosial di lingkungannya. Maka dengan ini gerakan-gerakan amal saleh (amal baik) harus terus dilakukan oleh kader-kader HMI dalam rangkan mewujudkan masyarakat adil-makmur yang diridhoi Allah Swt.

Maka dari itu, keempat hal tersebut harus tertanam dan teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap kader HMI. Hakekat menjadi seorang kader HMI seperti yang saya jelaskan di atas, dapat terwujud dengan cara mandiri karena kesadaran seorang kader HMI dan terwujud lewati pelatihan-pelatihan di HMI. Kedua faktor tersebut harus dilewati oleh setiap kader HMI supaya betul-betul menjadi seorang kader HMI. Opini Sumut, Ibnu Arsib

Penulis adalah Instruktur HMI Cabang Medan.

- Advertisement -

Berita Terkini