Respon Kohati Terhadap Perkembangan Feminisme

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Opini Medan – SUMUT. Himpunan Mahasiswa Islam merupakan salah satu organisasi kemahasiswaan tertua di Indonesia dan berlandaskan pada nilai-nilai ke islaman. Organisasi yang didirikan oleh ayahanda Lafran Pane tanggal 5 Februari 1947 ini meletakkan Al-Qur’an dan Al-Hadits menjadi landasan perjuangan. Perjalanan mewujudkan tujuannya mencapai masyarakat adil, makmur yang di ridhoi Allah SWT, HMI mendirikan satu lembaga Kohati (Korps HMI – Wati) untuk melahirkan perempuan-perempuan yang berkehidupan sosial sesuai dengan syariat Islam.

Mewujudkan cita-cita mulia tersebut jelas sangat tidak mudah melihat begitu banyak tantangan-tangangan yang dihadapi Kohati salah satunya perkembangan globalisasi. Pasalnya globalisasi menghilangkan batas dan jarak diseluruh dunia sehingga perempuan-perempuan Indonesia sangat mudah dan cepat menjadi korban paham-paham barat, salah satunya ideologi ‘feminisme’. Ancaman serangan feminisme semakin besar melihat perkembangan teknologi yang semakin maju dan suburnya perilaku ‘konsumerisme’ dimasyarakat Indonesia.

Sebelum berbicara lebih jauh seperti apa ramuan jitu yang selama ini digunakan Kohati dalam melawan serangan feminisme, terlebih dahulu kita meng-clear-kan jawaban kenapa feminisme menjadi sebuah ancaman bagi perempaun-perempuan islam? sebab tidak sedikit perempuan yang telah menjadi korban (menerima bulat-bulat) ideologi feminisme.

Mengenal Feminisme
Memahami gerakan yang mulanya berkembang di Eropa pada abad ke 18 M ini saya teringat kalimat Steven Jackson dalam bukunya Teori-Teori Feminisme Kontemporer ‘…Perjuangan feminisme bertujuan menghilangkan perbedaan jenis kelamin. Dalam masyarakat nonpatriarki tidak terdapat tidak terdapat perbedaan sosial antara laki-laki dan perempuan’. Sedikit sulit memang mencerna kalimat itu, tapi intinya ia mau menyampaikan bahwa feminisme melihat laki-laki dan perempuan seharusnya tidak memiliki perbedaan seksual, bisakah kita menerima itu? Bukankah Diantara keduanya memiliki perbedaan, keduanya diciptakan untuk saling melengkapi kekurangan masing-masing seperti disebutkan dalam Q.S Al-Baqarah: 13 “…Dan para perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf…”.

Berikutnya, ternyata feminisme melihat laki-laki sebagai sosok yang sangat kejam dalam masyarakat dan hanya menjadikan perempuan sebagai korban seksualitas. Basic pemahaman feminisme tentang posisi perempuan dimasyarakat sangat berbeda dengan islam. Islam melihat perempuan sebagai makhluk yang sama dengan laki-laki di mata Tuhan, sebagaimana dalam disebutkan dalam Q.S An-Nahl: 97 “Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

Artinya, Islam tidak memandang terjadi suatu proses dominasi yang dilakukan laki-laki kepada perempuan. Dengan begitu dapat dikatakan ketika basic pemahaman tentang perempuan yang keliru sudah pasti tujuan dan cara berjuangnya sangat keliru.

Masih belum selesai, dalam jurnal Sri Haningsing, Pemikiran Riffat Hasan Tentang Feminisme dan Implikasinya Terhadap Transformasi Sosial Islam disebutkan gerakan feminisme menghapuskan semua hak istimewa ataupun pembatasan-pembatasan tertentu atas dasar jenis kelamin, bukankah itu pemikiran yang rusak? Kuharap kalian sepakat denganku.

Perlawanan Kohati
Kohati berusaha mengangkat harkat perempuan dalam belenggu tradisi masyarakat untuk mencapai posisi perempuan yang sesuai dengan ketentuan Islam. Tetapi merespon perkembangan feminisme yang sangat kuat, sejak mulanya dibentuk Kohati (Korps HMI – Wati) memiliki antibodi yang kuat. Ramuan pertama, Kohati melakukan penguatan keilmuan islam di tataran kader-kader HMI-wati. Pengetahuan keilmuan tersebut diperoleh dari pengalaman, membaca buku, diskusi ataupun yang lainnya.

Pengetahuan keilmuan Islam ini tidak hanya sekedar wacana, tetapi menjadi ketetapan-ketetapan dalam Pedoman Dasar Kohati. Terdapat beberapa kajian penting dalam Pedoman Dasar Kohati seperti mengkaji ayat-ayat Al-Quran dan Hadist yang membahas tentang perempuan, menyikapi adanya pemahaman (isu keperempuanan dalam perspektif islam), menanggapi problem keperempuanan secara cerdas berdasarkan perspektif Islam (Socio Kultural) maupun kajian tentang fiqih nisa.

Apabila feminisme berjuang tanpa memperhatikan aturan-aturan, Kohati berjuang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Al-Qur’an. Perjuangan Kohati memiliki 5 landasan sebagai acuan yaitu landasan filosofi dengan melihat perempuan sebagai merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki manfaaat bagi semesta yang lain. Landasan teologis yaitu melihat perempuan sebagai makhluk Tuhan dan berjuang semata-mata karena Allah SWT. Landasan historis dengan berhaluan pada spirit gerakan perempuan yang pernah muncul pada konteks historis kehadiran Islam. kemudian landasan konstitusi di HMI dan landasan operasional.

Ramuan terakhir, Kohati mempertahankan dan membumingkan budaya Islam. Budaya feminisme liberal seperti free sex, mengkonsumsi minuman beralkohol menjadi hal yang bertolak belakang dengan lingkungan Islam. Dengan begitu Kohati mengembangkan budaya Islam seperti pengajian rutin bersama membangun maupun budaya diskusi-diskusi keislaman.

Dengan demikian, Saya ingin menyampaikan kepada kita semua jangan terpedaya dengan tipuan dan gaya hidup Barat serta janganlah tertipu dengan slogan-slogan yang provokatif dan dekonstruktif dari Barat. Cukuplah kita bangga, senang, konsisten, konsekuen, dan tidak munafik dengan Islam sebagaimana agama yang benar dan memberikan solusi pada semua problema manusia. Opini Medan, Bella Yolanda

Penulisnya adalah Ketua Umum HMI Komisariat FIB USU.

- Advertisement -

Berita Terkini