Pandangan Dunia Akar Perbedaan Ideologi

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Ibnu Arsib Ritonga

MUDANews.com – Akhir-akhir ini keadaan Indonesia secara sosiologis-ideologis sama seperti Indonesia di abad 19 dan di abad 20, di mana ditandai dengan pertentangan ideologi-ideologi politik, ideologi-ideologi ekonomi dan juga ideologi-ideologi yang berlabelkan keagamaan. Pertentangan-pertentangan ideologi itu pun muncal kembali seiring berkembangnya filsafat sosial saat ini, hal itu seperti penyakit yang sedang kambuh.

Dalam dinamika sejarah Indonesia, perjalanan ideologi itu pun saling berkontradiksi, terkadang ada ideologi yang menindas dan ada juga ideologi yang membela, memperjuangakan kepentingan orang banyak, dan mengarahkan kepada kebaikan. Masing-masing ideologi menghasilkan tokoh-tokoh dan pengikut-pengikutnya. Tidak jarang, pengikut-pengikutnya pun rela berkorban untuk mempertahankan ideologi yang dipegangnya. Sering juga pertentangan ideologi mengakibatkan ada gerakan ‘aksi-reaksi’ yang halus hingga pertarungan fisik. Pertikaian itu pun sangat sulit dihindari.

Ketika membicarakan tentang ideologi, maka timbul suatu pertanyaan, kenapa ideologi itu muncul dalam diri manusia? Mengapa ada perbedaan ideologi hingga sampai menimbulkan pertikaian? Mengapa setiap individu dan kelompok dari ideologi tertentu, cenderung membela dan mempertahankan ideologinya?

Hubungan Ideologi dan Pandangan Dunia

Ayatullah Murtadha Muthahhari, dalam bukunya Pengantar Epistemologi Islam mengatakan, terjadinya pertikaian antar ideologi karena sandaran dan dasar dari ideologinya berbeda-beda. Beliau mengatakan lebih lanjut, sandaran dan dasar dari berbagai ideologi adalah pada “pandangan dunianya”. Yang dimaksud pandangan dunia itu adalah bentuk dari sebuah kesimpulan terhadap sesuatu hal, penafsiran, hasil kajian yang berbeda, yang pada seseorang berkenaan dengan alam semesta, manusia, masyarakat (social) dan sejarah.

Berbagai golongan dan individu memiliki pandangan dunia yang saling berbeda. Yaitu, satu golongan meyakini suatu kehidupan ini harus demikian dan kemudian golongan yang menyatakan bahwa kehidupan ini harus demikian. Jika pandangan dunia saling berbeda, maka secara otomatis ideologi pun akan saling berbeda pula. Karena sandaran dan asas ideologi serta yang memperkuat suatu bentuk pemikiran adalah pandangan dunia.

Suatu ideologi menentukan sederetan perintah dan larangan. Suatu ideologi itu mengajak manusia (pengikutnya) pada suatu tujuan tertentu serta menunjukkan jalan yang dapat menghantarkan sampai pada tujuan tersebut. Ideologi akan menentukan mengenai bagaimana kita seharusnya, kita harus hidup bagaimana, kita harus membina yang bagaimana, kita harus membina diri berdasarkan pola yang bagaimana, bagaimanakah kita membina dan membangun masyarakat kita ini. Ideologi menentukan semua permasalahan itu dan mengatakan, “Harus demikian, kalian harus hidup secara demikian, kalian harus jadi demikian, binalah dirimu semacam ini, bangunlah masyarakatmu semacam ini”.

Bagaimanapun bentuk yang kita pikirkan tentang pandangan dunia, maka ideologi kita juga akan selalu mengikuti bentuk pandangan dunia tersebut. Ideologi merupakan buah hasil dari “pandangan dunia”. Pandangan dunia tidak ubahnya semacam “bangunan bawah” (asas, fondasi) dari suatu pemikiran, sedangkan ideologi adalah “bangunan atas” (bentuk) suatu pemikiran.

Akar Perbedaan Pandangan Dunia

Dari uraian kita di atas tadi, dapat kita tarik suatu konklusi bahwa suatu ideologi adalah hasil dari pandangan dunia. Kemudian muncul pertanyaan yang lain, mengapa bentuk pandangan dunia itu berbeda-beda? Mengapa ada sebagian yang memiliki pola pikir materialis sementara memiliki pandangan yang rasionalis dan pandangan dunia ilahi (meyakini keberadaan Tuhan)? Mengapa sebagian mengeluarkan sederetan argumen, dari argumen itu menghasilkan suatu bentuk pandangan dunia, dan sebagian yang lain juga mengeluarkan suatu bentuk pandangan dunia yang berbeda?

Muthahhari menjawab, adanya perbedaan itu karena sebagian memandang alam ini memiliki suatu bentuk dan sebagian memandangnya memiliki bentuk yang lain, yang satu pengetahuannya tentang alam, masyarakat demikian, dan yang satu lagi demikian juga. Dia juga menjelaskan bahwa perbedaan pandangan dunia itu dapat dipengaruhi oleh epistemologinya. Jadi, apabila epistemologinya benar, maka benarlah pandangan dunianya. Tapi, apabila epistemologinya tidak benar, maka tidak benar pula (rusak) pandangan dunianya.

Ibnu Arsib Ritonga adalah seorang mahasiswa UISU yang bercita-cita kuat untuk menjadi penulis

- Advertisement -

Berita Terkini