Bersatulah Gerakan Rakyat

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Marlan Ifantri Lase

MUDANews.com – Serangan kapitalisme sudah tidak bisa dibendung lagi oleh akibat perkembangan globalisasi. Kehidupan masyarakat desa dan kaum miskin kota semakin ditindas oleh pemodal-pemodal lokal maupun asing. Reformasi hingga kini tidak memberikan keadilan hak, keadilan hukum, keadilan ekonomi bagi masyarakat, pemodal memperalat penguasa untuk memeras kehidupan masyarakat kota dan menggusur masyarakat desa dari sumber kehidupannya.

Kita tidak bisa berharap lebih kepada penguasa dengan kondisi seperti ini. Sangat sulit bagi pemerintah untuk menjalankan fungsi idealnya pelayan bagi masyarakat, ia terikat kuat dengan para pemodal. Di zaman sekarang satu orang pemodal sama atau mungkin lebih kuat dari 100 buruh, 100 nelayan dan 100 petani, sebab mereka memiliki ‘Uang’ yang sangat diinginkan para penguasa sedangkan kita buruh, nelayan dan petani hanya memiliki ‘semangat dan keyakinan’.

Solusi satu-satunya adalah membangun, mempertahankan dan menjalankan gerakan rakyat, sebagaimana yang pernah dulu-dulu dan sampai saat ini dilakukan. Gerakan rakyat tentu tidaklah akan kuat jika tidak bersatu dalam serikat atau perkumpulan. Kita masih bersyukur kebebasan berserikat dan berkumpul masih dijamin dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 21 Tahun 2000.

Begitu banyak gerakan-gerakan protes lokal dan sektoral yang sangat berbakat diseluruh negeri saat sekarang, namun perluasan menjadi gerakan nasional dan internasional harus dilakukan melihat perkembangan kapitalisme. Gerakan rakyat saat ini telah sampai pada satu titik dimana harus terbangun visi dan misi perjuangan yang lebih luas. Memang tidak mudah untuk dijalankan melihat begitu banyak serikat buruh, serikat nelayan maupun serikat petani lokal dan sektoral yang egonya masih tinggi.

Hingga saat ini saya belum mengerti pasti mengapa ini bisa terjadi, bukankah setiap serikat buruh, petani dan nelayan selalu memiliki tujuan yang sama?

Bukankah semuanya menyadari bahwa gerakan yang terpecah-pecah (lokal dan sektoral) tidak akan memberikan perubahan signifikan?

Satu hal yang perlu kita pahami bersama bahwa apabila gerakan rakyat tetap bertahan dalam cakupan lokal atau sektoral jelas gerakan tersebut hanya berkutat untuk pemecahan masalah yang bersifat pinggiran.

Momentum aksi turun kejalan secara bersama setiap tanggal 1 Mei, 6 April atau tanggal 24 September tidak akan mengantarkan pada kemenangan sejati karena ia hanya gerakan formalitas yang momentum, walau dibutuhkan. Gerakan berhasil apabila konsisten untuk bersama menyuarakan tuntutan dan kepentinganya ditingkat nasional, berjuang dalam satu serikat yang kuat dan besar.

Organisasi-organisasi buruh lokal dan sektoral yang ada diseluruh Indonesia harus meleburkan dirinya dalam satu serikat buruh, organisasi-organisasi nelayan juga harus harus bergabung dalam satu serikat nelayan dan organisasi atau kelompok tani lokal dan sektoral di seluruh Indonesia harus melebur dalam satu serikat petani. Boleh saja kapitalisme menang ‘uang’ tetapi kita memenangkan ‘kuantitas’ tugas buruh, nelayan dan petani berikutnya adalah meraih kemenangan atas ‘kualitas’.

Ketiga sumber kekuatan tersebut harus diorganisir dan dipimpin sendiri oleh buruh, nelayan dan petani yang tertindas. Jika kekuatan tersebut dijalankan oleh masyarakat kelas tengah (walaupun pro-rakyat) akan bisa menjadi bias bagi basis perjuangan kedepannya, tetapi mereka harus tetap menjadi bagian dari kita menuju kemenangan sejati jangan sampai kita membangun tembok pemisah, tetap bersatu dan terus menggalang kekuatan hingga di level Internasional. Tujuan ini akan berhasil bila melalui proses aksi dan reflksi yang terus menerus.

Penulis adalah Alumnus FISIP USU

- Advertisement -

Berita Terkini