Argumen-Argumen Ilmiah Tentang Tuhan

Breaking News

- Advertisement -
Oleh: Ibnu Arsib Ritonga
MUDANews.com – Walau pembicaraan tentang Tuhan tidak pernah sampai pada titik kesimpulan yang final, sampai-sampai ada pihak yang melarangnya, bahkan dituduh telah sesat. Tentang Tuhan menjadi tema menarik untukĀ  terus didiskusikan dari dahulu (masa kenabian, filosof, teolog, saintis) hingga saat ini. Hal ini disebabkan karena membicarakan Tuhan sama dengan membicarakan kepercayaan dalam hidup, asal muasal hidup, asal muasal penciptaan dan apa yang ada di alam semesta ini. Perlu kita ketahui bahwa, kepercayaan bukan sesuatu yang pasif, akan tetapi ia aktif. Untuk itu, manusia perlu untuk terus mencari kepercayaan hingga menemukan kepercayaan yang benar.
Tentang Tuhan, banyak sekali pendapat yang menyatakan bahwa Tuhan itu ada dan Ā Tuhan itu tidak ada. Pendapat itu pun muncul dari para tokoh-tokoh filsafat dan sintis, di mana argumen-argumen itu secara ilmiah. Tokoh-tokoh yang theistik (mengakui Tuhan) membuktikan Tuhan itu dengan cara yang mereka tempuh dan kemudian saling kontraversi dengan tokoh-tokoh yang atheistik (tidak mengakui Tuhan) dengan cara mereka sendiri juga.
Dari argumentasi para tokoh-tokoh yang theistik dan atheistik, banyak sekali kita temukan kelompok-kelompok yang mengikutinya, baik kelompok yang mengikuti aliran theistik dan juga ada kelompok yang mengikuti aliran atheistik. Jadi, siapakah diantara mereka itu yang benar? Apakah Tuhan itu ada atau tidak ada?
Argumentasi Adanya Tuhan
Dalam bukunya Azhari Akmal Tarigan (2007: 34-35) dituliskan, ada empat argumen yang sering digunakan oleh kaum theistik untuk membuktikan adanya Tuhan, yaitu:
Pertama, argumen Ontologis, yang menyimpulkan adanya yang sempurna (perfect being) dari seluruh yang ada. Dasar pemikirannya, seluruh yang ada di alam ini tidak sempurna. Tentu yang menciptakannya haruslah sesuatu yang sempurna. Karena tidak mungkin yang tidak sempurna menciptakan yang sempurna. Pencipta dan yang sempurna itulah Tuhan.
Kedua, argumen Kosmologis, yang menyatakan bahwa alam ini secara riil ada. Adanya alam ini seperti bumi, langit, gunung, dan sebagainya disebabkan oleh sesuatu yang lain. Hukum sebab akibat ini sampai pada penyebab yang paling awal (a first cause), itulah Tuhan. Dan keberadaan Tuhan tidak ada penyebabnya, jika ada maka Dia bukan Tuhan.
Ketiga, argumen Teleologis, dimana argumen ini dicetuskan oleh William Paley. Argumen ini berpijak pada keteraturan alam yang semuanya berjalan secara sistemik tanpa pernah terjadi benturan-benturan. Misalnya, matahari selalu saja terbit dari Timur dan terbenam di Barat. Tidak pernah ada penyimpangan gerak atau benturan dengan planet-planet lainnya.
Menurut aliran ini, teraturnya alam ini tentu ada sesuatu yang mengaturnya. Dan pengaturnya yang agung itu adalah Tuhan.
Keempat, argumen Moral, yang dicetuskan oleh Imanuel Kant. Menurutnya, dalam diri manusia terdapat dua hasrat, ingin bahagia dan ingin selalu berbuat baik. Teori ini juga meyakini adanya kehidupan abadi pada masa yang akan datang. Untuk itu manusia harus selalu mendengarkan suara hatinya untuk selalu berbuat baik sebagai kewajiban moral. Adapun yang membisikkan suara hati itu adalah Tuhan.
Argumentasi Tidak-Adanya Tuhan
Argumentasi Tidak-Adanya Tuhan (ateistik) berlandaskan pada filsafat naturalisme dan materialisme. Kaum naturalisme berpendapat bahwa alam ini ada dengan sendirinya (self generating) dan berjalan secara mandiri (self operating) dan maka dari itu Tuhan tidak dibutuhkan, dan Tuhan itu tidak ada. Kelompok ini diwakili oleh ilmuwan-ilmuwan naturalis seperti Pierre Simon de Laplace, seorang astronom Prancis dan Charles Darwin seorang ahli biologi Inggris yang terkenal dengan teori evolusinya. (ibid., hlm: 35)
Dalam pandangan Laplace, Tuhan itu adalah hipotesis (dugaan sementara) yang tidak dibutuhkan. Dia berpendapat, fenomena alam yang rumit dan harmonis ini, dapat dibahas dan dituntaskan dengan jelas dengan melalui hukum mekanika, tidak perlu memasukkan peran Tuhan atas segala peristiwa yang terjadi di alam semesta ini. Awal semesta ini ada karena adanya ledakan yang besar, yang dikanel dengan teori Big Bang, hal demikian dijelaskannya dalam bukunya yang berjudul Exposition du Systeme du mundo (versi Prancis) atau Calestial Mechanis (versi Inggris). Sedangkan, Charles Darwin menyingkan Tuhan dengan teori evolusinya.
Bagi kaum materialis, percaya bahwa yang fundamental dan prinsipil adalah yang fisik (material). Kaum ini tidak percaya adanya non-fisik dan menolak realitas-metafisis. Meraka menolak konsep seperti Malaikat dan Tuhan. Tokoh-tokoh yang tergabung dalam kelompok ini adalah Karl Marx, Sigmund Freud, Emile Durkheim, dan tokoh-tokoh lain yang mendeklarsikan kebebasan dari Tuhan, seperti Ludwing Feuerbach, Friedrich Nietzsche dan yang lainnya.
Selain argumentasi dari kaum naturalisme dan materialisme, kaum positivisme yang dicetuskan oleh Agust Comte secara perlahan namun pasti telah menyingkirkan Tuhan dari kehidupan dunia ini. Aliran ini, berpendapat bahwa kamajuan ilmu pengetahuan menentukan segalanya dan tidak ada peran dari Tuhan.
Penutup
Sebagai penutup, saya mengutip kembali dari tulisan Akmal, yang mengatakan, penganut ateistik hingga saat ini terus bertanya, jika yang menciptakan alam semesta ini adalah Tuhan, apakah itu sudah pasti? Dan siapakah di antara manusia yang pernah melihatnya? Lalu kaum theistik balik bertanya kepada ateistik, jika bukan Tuhan lalu siapa? Ateisktik menjawab, tercipta dengan sendrinya. Pengikut teistik kembali menggugat ateistik, siapa yang meyaksikan bahwa alam tercipta dengan sendirinya?
Akhirnya baik argumen teistik dan ateistik sama-sama tidak dapat membuktikan dan meyakinkan karena keduanya tidak dapat diverifikasi. Mungkin ini yang menjadikan Russel bergumam, lebih baik diam sajalah !!
Terlepas dari apa yang dikatakan Russel sebagai sebuah keputusan orang tidak beragama, argumen teistik cukup membantu kita untuk memahami keberadaan Tuhan kendati sangat spekulatif. Bagaimanapun akal sehat kita tetap akan lebih mudah menerimanya ketimbang argumen yang menyatakan Tuhan itu tidak ada. Dengan demikian pencarian Tuhan tetap bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan Sejarah, Filsafat, sosiologi, metafisika dan cara-cara yang lain.
Penulis adalah seseorang mahasiswa dari kota Medan yang ingin menjadi writer
- Advertisement -

Berita Terkini