IMPLEMENTASI KUALITAS INSAN CITA DALAM MENCIPTAKAN PEMIMPIN MASA DEPAN (Bag. 2)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: M Alwi Hasbi Silalahi

MUDANews.com – …… Kedua, karakter manusia muslim memiliki semangat apresiatif terhadap multikulturalisme dan pluralitas. Ini adalah antithesis dari karakter manusia Indonesia yang lemah dalam meberikan apresiasi terhadap multikulturalisme dan pluralitas. Karakter menghargai sebuah pluralitas didukung oleh QS. Al-KaaFirun : 1-6. Sebagai contoh, mulai dari zaman kerasulan hingga kekhilafahan, karakter manusia muslim yang terbawa tidak semena-mena menghancurkan budaya-budaya pada suatu tempat target misi keislaman. Tentu saja budaya-budaya yang diindahkan dan diapresaisi itu adalah budaya yang sama sekali tidak bertentangan pada Al-Qur’an dan Hadist. Bahkan budaya itu membantu manusia muslim dalam mengembangkan peradaban-peradaban di daerah kekuasaannya.

Ketiga, karakter muslim yang mengacu pada keadilan sosial, jika meminjam kata-kata Nurcholis Majid, “cita-cita keadilan sosial dalam Islam. Karakter ini merupakan antithesis dari karakter buruk manusia Indonesia yang melanggamkan penindasan dan korupsi. Cita-cita tersebut dapat dirasakan denyut nadinya yang kuat pada beberapa surah-surah atau ayat-ayat dalam Al-Qur’an. Keprihatinan Rasulullah mengenai masyarakat Makkah yang mengindahkan praktik politeisme dan kezaliman (ketidakadilan) sistem ekonominya. Politeisme dipandang sebagai dosa yang tak terampuni (QS. An-Nisa’ : 48 dan 116), karena ia merupakan kejahatan terbesar manusia kepada dirinya sendiri (QS. Luqman : 13). Dalam hukum fiqih, cita-cita ini dijabarkan menjadi ketentuan tentang halal dan haram dalam perolehan ekonomi (tidak boleh ada penindasan oleh manusia atas manusia (QS. Al-Baqarah : 279) dan tidak boleh ada pembenaran pada “struktur atas”, khususnya sistem pemerintahan dan perundangan, terhadap praktik-praktik penindasan (QS. Al-Baqarah : 188). Jadi, terlihat jelas bahwa islam mewajibkan manusianya untuk menghindarkan karakter yang terbiasa dengan penindasan dan korupsi.

Ketiga karakter manusia muslim ini adalah karakter yang ditunjukkan Allah SWT. melalui hudan (hidayah/petunjuk/kitab)-Nya. Jadi, ketiga karakter muslim itu adalah haq dan sempurna untuk dipraktikkan dalam kehidupan bersosial setiap manusia.

  • Membentuk karakter pencipta dan pengabdi

Pemimpin adalah sosok manusia yang mampu mempengaruhi banyak orang untuk menjalankan apa yang dikehendakinya. Pemimpin yang baik seharusnya mampu memberikan pengaruh yang baik agar apa yang dijalankan orang-orang yang dipengaruhinya menjalankan sesuatu yang baik pula. Seseorang yang diplot sebagai pemimpin sudah pasti memiliki tingkat intelektual atau akademis yang lebih dibandingkan yang lain. Namun tidak semua pemimpin mampu mentransformasikan keintelektualan dan keakademisannya menjadi sebuah karya cipta. Kemudian, apabila ia tidak mampu menciptakan karya cipta, sudah dapat dipastikan juga tidak mampu mengabdi pada banyak orang yang membutuhkan kepemimpinannya.

Maka dari itu, perlu dan sangat penting adanya karakter pencipta dan pengabdi pada diri setiap pemimpin agar seyogyanya juga mampu menciptakan dan mengabdi. Karakter pencipta dan pengabdi ini erat hubungannya dengan kualitas insan cita Himpunan Mahasiswa Islam. Substansi pada karakter pencipta dan pengabdi ini meliputi tiga hal, yaitu:

  1. ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak atau untuk sesama umat manusia.
  2. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi baik.
  3. Insan akademis, pencipta, dan pengabdi adalah yang bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.

Salah satu aktualisasi dan partisipasi terbesar dari karakter pencipta dan pengabdi Himpunan Mahasiswa Islam terjadi setelah tatanan orde baru sudah mantap. Bentuk-bentuk partisipasi Himpunan Mahasiswa Islam, anggota dan alumninya dalam menunjang pembangunan yang dimulai tahun 1969 hingga sekarang meliputi (a) partisipasi dalam pembentukan suasana, situasi dan iklim, yang memungkinkan dilaksanakannya pembangunan, (b) partisipasi dalam pemberian konsep-konsep dalam berbagai aspek pemikiran, (c) partisipasi dalam bentuk pelaksanaan langsung dari pembangunan.

Manifestasi dari pencipta dan pengabdi itu memang harus dimulai dari sebuah gerakan intelektual dan itu menjadi pilihan utama, namun bukan dengan gerakan tipu muslihat berupa penindasan. Harusnya persoalan intelektual, sebagaimana tercermin dalam ajaran islam, secara formulatif adalah faktor paling determinatif, dalam mempengaruhi dan mengarahkan aspek-aspek penting kehidupan manusia lainnya. Karena itu pilihan pendekatan yang ditempuh Himpunan Mahasiswa Islam dalam rangka mewujudkan cita-citanya untuk “masyarakat yang diridhoi Allah SWT, bukan saja pilihan yang tepat bagi eksistensinya sendiri, tetapi sekaligus juga mengisi sebuah “kekosongan” bentuk atau manifestasi gerakan Islam.

Ketika berhasil memiliki karakter akademis dan pencipta, kader-kader maupun alumni Himpunan Mahasiswa Islam juga harus memiliki karakter pengabdi yang benar-benar berorientasi melawan penindasan dan bukan menjadi penindas walaupun jalan yang ditempuh sangat terjal. Tugas-tugas sebagai pengabdi memang memerlukan keuletan dan ketabahan. Di samping itu juga sebagai pejuang harus menyadari bahwa perjuangan itu memerlukan waktu yang panjang karena umur dari perjuangan itu lebih panjang dari umur manusia yang melakukannya.

  • Menyegarkan kembali HMI sebagai upaya menciptakan pemimpin masa depan Indonesia.

Begitu kencang angin yang menerpa tubuh Himpunan Mahasiswa Islam. Begitu banyak pisau tajam yang menghunus nadi-nadi Himpunan Mahasiswa Islam. Dengan begitu banyak dinamika yang terjadi baik itu dari internal dan eksternal, kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam harus bangkit membenahi diri dan organisasi. Sebelum memrencanakan masa depan yang lebih baik demi terwujudnya “masyarakat adil makmur”, kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam terlebih dahulu harus bertransformasi. Kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam harus mentransformasikan karakternya terlebih dahulu. Mereka harus mampu menyisihkan karakter buruk manusia Indonesia dan berubah menjadi manusia yang berkarakter sesuai ajaran Islam (karakter manusia muslim).

Himpunan Mahasiswa Islam harus disegarkan kembali. Setiap kader-kader HMI juga harus mengembalikan arahnya pada “The HMI Way. The HMI Way tersebut meliputi empat hal. Pertama, negara bukanlah pusat perubahan dan sumber daya politik satu-satunya. Kedua, dunia telah memasuki abad ke-21 yang menuntut perlakuan berbeda dari abad ke-20. Ketiga, kesanggupan bersaing HMI di tengah kemunculan organisasi intelektual muslim baru yang justru diprakarsai oleh eks aktivis HMI tahun 1970-an dan 1980-an yang aktif di Lembaga Dakwah Kampus. Akhirnya secara objektif, siapapun akan berharap jika  The HMI Way atau jalan yang dipilih HMI akan dapat menjawab tantangan zaman kekinian dan masa depan.

Salah satu sosok pemimpin yang bias menjadi panutan bagi seluruh kader HMI yang bercita-cita menjadi pemimpin masa depan Indonesia adalah Nurcholis Majid. Kualitas yang dibentuknya dari proses perjalanan ke berbagai negara diabdikan untuk Indonesia walaupun ia pernah diminta mengabdi di Universitas Chicago Amerika Serikat. Calon pemimpin masa depan Indonesia harus mengadopsi semangatnya. Melakukan pencerahan-pencerahan dan terus berjuang tak kenal lelah membawa Islam Indonesia menjadi agama yang modern sekaligus sebagai lokomotif pembangunan negara yang berkeadaban.

Sebagai organisasi mahasiswa Islam terbesar dan tertua di Indonesia yang telah melewati berbagai dinamika, harusnya Himpunan Mahasiswa Islam mampu menjadi organisasi yang lebih dewasa dan berpengalaman. Kedewasaan tersebut harus diaktualisasikan pada penciptaan calon-calon pemimpin masa depan Indonesia..

Selain itu, kader-kader Himpunan Mahasiswa harus meninggalkan karakter-karakter buruk kebanyakan manusia Indonesia dan membentuk karakter-karakter sesuai dengan ajaran Islam yang haq dan sempurna. Dengan begitu, niat untuk menjadi pencipta dan pengabdi akan benar-benar dicapai oleh kader maupun alumni HMI. Amiin, Yakin Usaha Sampai![jo]

M.Alwi Hasbi Silalahi merupakan Fungsionaris ICMI MUDA Sumut/Pengurus HMI Cabang Medan 2014/2015

- Advertisement -

Berita Terkini