Bahaya Fitnah

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Lisan sering kita gunakan untuk makan minum, tapi lisan juga bahaya untuk orang yang mendengarkan di sekitarnya. Apapun yang kita dengar dari orang lain, segala ucapan itu kita terima dengan telinga, bukan dengan lidah (ucapan). Berita-berita itu menyebar luas dari telinga ke telinga dan keluar dari mulut ke mulut. Hati dan nalar adalah yang menentukan apakah semua berita  yang didengar itu adalah benar atau salah. Bahaya memfitnah bisa-bisa membuat hati orang yang kita fitnah merasa sakit karena disebabkan oleh lidah yang tidak bertulang tersebut. Sering terkadang kita hidup di dunia ini, berbagai macam fitnah yang terjadi di kehidupan kita bermasyarakat sehingga sangat mudah kita mencari-cari kesalahan.

Allah SWT berfirman, yang artinya, “Wahai orang-orang yang berimaan, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu menggunjing sebagian yang  lain. Apakah di antara kamu ada yang suka memakan daging saudara yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha penerima Tobat, Maha penyayang (QS.Al Hujarat (49:12).

Ayat di atas menjelaskan bahwa orang   yang melakukan fitnah akan mendapatkan suatu azab yang sangat pedih di akhirat nanti. Apabila yang memfitnah itu tidak mau meminta maaf kepada yang telah difinahnya. Manusia yang hidup saling membutuhkan seharusnya harus meminta maaf atas segala perbuatan dan perkataannya agar kita mati nanti, tidak ada terhalangnya oleh dosa antara sesama hubungan manusia yang telah kita meninggal, dan akhiratlah hidup kita yang kekal dan abadi.

Dalam Al Qur’an, Firman Allah SWT, ”Mengapa orang yang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengarkan berita bohong itu dan berkata, ‘ini adalah suatu berita bohong yang nyata’”.

Menurut Prof. Qurais Shihab, sebagai seorang mukmin seharusnya menjaga keimanan, ketika mendengar berita yang tdak baik tersebut. Sebagai seorang mukmin dan mukminat seharusnya berprasangka baik terhadap sesamanya. Karena fitna itu sungguh perbuatan yang keji. Hendaknya perkataan itu adalah perkataan yang baik dan bukan tuduhan yang bohong belaka.

Fitnah Makar

Adanya hal-hal yang hendak merusak suatu tipu daya terhadap kemasalatan orang banyak. Namun yang membuat makar  akan di azab. Allah SWT berfirman, “Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di bumi. Mereka tidak melakukan perbaikan. Mereka berkata ,’Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa pasti kita menyerang dia bersama keluarganya di malam hari, kemudian kita berkata kepda ahli warisnya bahwa kita tidak menyaksikan kebinasaan keluarganya itu, dan sungguh kita orang yang benar. Dan mereka membuat tipu daya dan kami pun menyusun tipu daya, sedangkan mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah bagaimana akibat dari tipu daya mereka dan kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka yang runtuh karena kezaliman mereka. Sungguh yang pada demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah)  bagi orang yang mengetahui. Dan kami selamatkan orang –orang yang beriman dan mereka yang selalu bertaqwa,” QS.An-Naml (27:48-53).

Namun bagai mana dengan fitnah terhadap tuduhan makar itu? Mungkin anda dapat menjawabnya sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan di atas mengenai bagai mana penilaian Allah SWT terhadap siapa saja yang melakukan fitnah.

Alquran merupakan petunjuk untuk manusia yang beriman dan yang menyakini suatu kebenaran yang hakikat. Dan Allah beserta orang-orang yang beriman dan megamalkan isi kandungan Al Qur’an. Menurut buku Aqidah Islam (pola hidup manusia beriman) karangan Sayid Sabiq, mengatakan bahwa keimanan akan membuat amal shalih itulah keimanan yang diajarkan oleh Alqur’an dan itulah keimanan yang dikehendaki Allah agar dimiliki oleh semua hamba-hamba-Nya.

Suatu aqidah yang tertanam di setiap seluruh isi Nurani. Dari situlah akan dapat bekas dan kesan-kesanya. yang tidak akan melakukan fitnah dan melakukan kerusakan kepada setiap insan manusia. Di dalam Qalbunya ada tertanam kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.sehingga dapat memiliki rasa kasih dan penyanyang didalam saubari yang terdalam.[jo]

Penulis Arda merupakan mahasiswa Jurusan Studi – agama Fakultas Ushuluddin UINSU

- Advertisement -

Berita Terkini