Keluh Kesah Pedagang Minuman Tradisional Nira

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Laporan: Dian Rahmad

MUDANews.com, Medan (Sumut) – Saat ini sangat sulit untuk menemukan air nira di Kota medan yang sudah sangat metropolitan. Andai saja semua orang tahu bahwa air nira ini adalah minuman para Raja-Raja Melayu disaat menyambut tamu kerajaan.

Seperti yang dialami oleh Latif, (35) yang sudah berjualan air nira selama 15 tahun. Ia sering berpindah-pindah di sekitaran Kota Medan dan sekarang beliau menetap sudah enam tahun lamanya di jalan Adi Sucipto, depan Mess Perwira Angkatan Udara.

Latif mengatakan bahwa usaha berjualan air nira ini adalah usaha turun temurun dari kelurga ayahnya, bahkan ayahnya lebih lama lagi berjualan, yakni selama 35 tahun dan sekarang sudah pensiun. Sehingga pada akhirnya Latif lah yang melanjutkan usaha orang tuanya.

“Udah gak tahu lagi orang Medan ini Bang, kalau air nira ini minuman Raja-Raja, kalau tahu pasti banyak yang mau beli. Raja-raja di Pakam, Batang Kuis, Pantai Labu yang namanya ada Tengku-Tengkunya tiap hari ini aja minumannya”. jelas Pria yang hanya tamatan Sekolah Dasar ini.

Setiap harinya Latif berjualan mulai pukul 09.00 sampai pukul 17.00. Dan setiap hari latif juga berharap hari panas biar rezekinya lancar, ” kalau hujan bang gawat lah, bisa nanti cuma 5 atau 6 orang pembeli yang datang”, kalau hari panas gini dapat lah bang 70 rb sampai 100 rb untung bersih”. Tandas latif.

Latif juga menambahkan bahwa dia yang berjualan minuman tradisional ini merupakan amanah dari orangtuanya.

“Tamatan SD bisa kerja dimana lah bg kalau gak jadi kuli bangunan. Saya pikir dari pada jadi kuli bangunan, disuruh-suruh, dimarah-dimarahi bagusan saya jualan air nira sekaligus mempertahankan budaya saya, minuman tradisional orang melayu,” curhatnya.

Beliau berharap semua orang masih mau meminum air nira, dan bila perlu ada pameran minuman tradisional suku suku di Sumatera Utara.

“Kalau saya berharap banyak lah yang beli air nira, kalau gak ada yang beli gak bisa keluarga saya makan, sekolahkan anak, senangi istri. Pemerintah juga jangan tahunya makan uang rakyat aja, mohon diperhatikan orang kecil kayak saya ini, cukuplah saya yang gak bisa sekolah, jangan sampai anak saya gak sekolah juga. Udah dilarang kami sakit, jangan lagi kami dilarang sekolah”. demikian, Latif. [jo]

- Advertisement -

Berita Terkini