Presiden RI ke 3, Selamat Jalan Pak Habibie

Breaking News

Budaya Mundur

Memperbaiki Literasi

Negeri KitaTidak Kaya

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Sebagai suatu negara bangsa, Indonesia sungguh beruntung pernah memiliki putra-putra terbaiknya yaitu Almarhum Prof. Dr. Widjojo Nitisastro dan Almarhum Prof. Dr. BJ. Habibie.

Kedua putra terbaik bangsa Indonesia ini adalah andalan Presiden RI Kedua Bapak H. M. Soeharto sebagai dua figur yang publik mengenal sangat kontras dan berhadap-hadapan dalam konsep membangun bangsa Indonesia yang dikenal dengan Widjojonomic dan Habibienomic.

Widjojo Nitisastro yang oleh Pak Harto pernah dipercaya menduduki jabatan sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional 1971-1973 dan Menko Ekuin sekaligus sebagai Ketua Bappenas 1973-1978 dan 1983 dikenal sebagai arsitek utama perekonomian Indonesia di masa kepemimpinan Bapak H. M. Soeharto.

Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang di usia 27 Tahun telah memimpin menjadi Dekan FE UI dan peraih gelar profesor ekonomi dalam usia yang relatif muda dan lulusan University of California Berkeley ini dikenal sebagai lurah yang memimpin lima sekawan Prof. Dr. Ali Wardhana, Prof. Dr. Emil Salim, Prof. Dr. Mohammad Sadli dan Prof. Dr. Subroto pernah mendapat julukan negatif sebagai Mafia Berkeley bentukan CIA, padahal Prof. Dr. Mohammad Sadli dan Prof. Dr. Subroto tidak pernah kuliah di University of California, Berkeley.

Ketika masih menjadi mahasiswa program sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Widjojo Nitisastro bersama Prof. Nathan Keyfiz melakukan penelitian dan membukukan laporan penelitian mereka dengan judul Soal Penduduk dan Pembangunan Indonesia sebagai tonggak penting tentang Program Keluarga Berencana diimplementasikan ketika pak Widjojo menjadi Menteri Bappenas, sehingga Indonesia menikmati Bonus Demografi sampai dengan 2050 dan puncak Bonus Demografi 2020-2030 sebagai momentum bangsa Indonesia memiliki kesempatan untuk mencapai kesejahteraan yang tertinggi bagi masyarakatnya.

Trilogi pembangunan, terpeliharanya stabilitas nasional, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan terjadinya pemerataan pembangunan, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dengan program Inpres di Bidang Pendidikan, Puskesmas, irigasi dan berbagai program pertanian menjadi fokus perhatian Prof. Dr. Widjojo Nitisastro pada waktu itu.

Sebagai pejabat publik yang irit bicara, low profile, bekerja di belakang panggung dengan hati-hati, teliti, memiliki presisi dan bereputasi tinggi tidak gemar dengan sorot lampu kamera publikasi dan wawancara telah menjadi andalan Bapak H. M. Soeharto membumikan pembangunan Indonesia pada masanya.

Berbeda dengan Pak Widjojo, Prof. Dr. BJ. Habibie yang ekspresif suka bicara dan terkesan meledak-ledak dengan ambisi yang begitu mengangkasa agar bangsa Indonesia menjadi negara maju dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah figur manusia paling cerdas yang pernah dimiliki Indonesia.

Kita pernah memiliki industri pesawat terbang, industri galangan kapal, industri persenjataan dan berbagai industri lainnya yang kelak melalui konsep pembangunan ekonomi Habibienomic Pak Harto pada waktu itu menginginkan Indonesia menjadi negara maju dan tinggal landas.

Tetapi tentu sedikit yang mengerti dan mengetahui konsep teknologi Habibie tentang pengelolaan sumber energi, sumber daya air terbesar di Papua dan pengelolaan teknologi yang membumi yang menyatukan visi dua tokoh dan figur bangsa Indonesia yang belum terealisasi ini.

Tidak banyak juga yang mengetahui sisi humanisme dan kedekatan Prof. Dr. Widjojo Nitisastro dengan Prof. Dr. BJ. Habibie, sejak masih aktif di pemerintahan sampai keduanya tidak lagi menjabat di pemerintahan, saling bersilaturahmi dan Pak Habibie menjadi tamu lebaran terlama di kediaman Prof. Dr. Widjojo Nitisastro yang sangat hangat dan menjadi pendengar terbaik atas gagasan dan pandangan Pak Habibie yang terus menggebu untuk Indonesia Maju.

Saat Pak Widjojo Nitisastro menderita sakit yang cukup lama di RSCM Jakarta dan tanpa Jaminan Sosial sebagaimana saat ini yang menjadi cita-cita menantu Pak Widjojo, Dr. Emir Soendoro, SpOT agar Indonesia memiliki jaminan sosial yang sangat memberi manfaat bagi rakyat.

Pak Habibie sering berkunjung atau membesuk Pak Widjojo ketika di rawat divRSCM dan kepada keluarga Pak Widjojo, Pak Habibie waktu itu dengan kesedihan yang sangat mendalam berkata. “Bila Allah berkehendak memanggil Pak Widjojo, saya ingin Pak Widjojo dimakamkan di TMP Kalibata di samping Ibu Ainun.”

Pak Habibie yang mengurus semuanya dan ketika pak Widjojo Nitisastro pada Jumat, 9 Maret 2012 dipanggil oleh Allah SWT, Pak Habibie yang mendampingi Dr. dr. Widjajalaksmi Kusumaningsih, SpRM, M. Sc, putri Almarhum Pak Widjojo dan mewakili keluarga menyampaikan sambutan atas nama keluarga dan menyerahkan zenajah Pak Widjojo kepada pemerintah untuk dilakukan upacara pemakaman yang waktu itu dipimpin oleh Bapak Boediono, ekonom kesayangan Pak Widjojo.

Bila kita pernah mempolemikkan pertentangan yang begitu tajam tentang Widjojonomic dan Habibienomic saya yang selalu berada di lingkungan keluarga Prof. Dr. Widjojo Nitisastro puluhan tahun lamanya bersaksi tentang sisi humanisme dan kehangatan persahabatan dua figur dan tokoh bangsa Indonesia yang meski kadang berbeda dalam pandangan dan gagasan di belakang publik banyak yang tidak tahu bahwa mereka tetap hangat dan bersahabat.

Setelah rapat dari Universitas Nasional dan selepas magrib, saya menuju Pondok Indah untuk berkunjung rutin ke kediaman Dr. Emir dan Dr. Widjaja, menantu dan putri Pak Widjojo dan saya mendapat kabar dari berbagai WA Group Pak Habibie salah satu putra terbaik bangsa Indonesia berpulang dan tentunya pemerintah akan segera melakukan upacara pemakaman dan Pak Habibie akan dimakamkan di samping istri tercintanya Almarhumah Ibu Ainun dan Almarhum Pak Widjojo di TMP Kalibata.

Saya menyaksikan rasa duka keluarga Almarhum Pak Widjojo malam tadi dan tentu saja kita semua rakyat Indonesia.

Kepada kedua tokoh dan figur bangsa ini kita belajar banyak tentang cita-cita mereka yang sama untuk memajukan Indonesia dengan cara dan pandangan yang berbeda tetapi tetap menjaga kehangatan dan persahabatan.

Selamat Jalan Pak Habibie. Semoga diterima Allah SWT dengan husnul khotimah. Dan doa Alfatihah untuk Ibu Ainun, Pak Widjojo, para kusuma bangsa dan semua orang-orang baik dan dekat dalam kehidupan kita. Aamin Ya Rabal’alamin. [WT, 12/9/2019]

Oleh: Wahyu Triono KS
Dosen FISIP Universitas Nasional, Founder SSDI dan LEADER Indonesia

- Advertisement -

Berita Terkini