Kita Belum Merdeka

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM

Tuan rumah menjadi budak
Tuan rumah diinjak-injak
Tuan rumah meratap
Lucu dan naif jika semua itu diingat

Indonesia, negeri ribuan pulau, indah mempesona, terbentang antara dua samudera dan dua benua laksana perwujudan surga. Sayangnya, keelokan tak ternilai itu menjadikanmu korban dari angkara para Kapital hingga Kolonial.

Politik cantik hingga perang licik mereka lakukan demi kuasai engkau wahai Nusantara. Ribuan nyawa melayang, air mata penuh keprihatinan dari manusia dengan gelar baru; Janda, Yatim dan Piatu mengiringi detik-detik ratusan tahun masa kelammu.

350 tahun ataukah 145 tahun? Aku tak peduli. Yang aku tahu, ratusan tahun itu tidak sebentar kawan!

Kini, 74 tahun berlalu.
Kata ‘merdeka’ sudah dapat diteriakkan dengan lantang, disertai pengakuan diri bahwa bangsa elok ini telah lepas dari tirani Kapital dan Kolonial.

Euforia tahunan pada bulan kemerdekaan selalu tampak di seluruh pelosok negeri.

Tapi pernahkah kita berpikir, apa benar kita sudah merdeka?
Apa benar Kapital dan Kolonial telah enyah dari Negeri penuh pesona ini?

Maafkan jika aku merasa bangsa ini belum ‘merdeka’ dalam arti sebenarnya.

Kapital makin meraja dengan dalih kemajuan negeri. Para Kolonial yang ratusan tahun lalu terlihat kasat mata karena perbedaan ras, berubah wujud menjadi serupa dengan kita. Lucu.

Tanpa disadari kita terlena atas status ‘merdeka’ yang telah diraih, hingga lupa bahwa sesungguhnya kita masih terjajah.

Kawan ….
Bukalah matamu, dengarkan nuranimu.
Terlalu lama negeri ini menangis meratapi anak negeri yang tak jua ‘merdeka’ diri.
Janganlah lengah atas kemayaan yang tengah meraja di Bumi Pertiwi.
Bangkitlah dan merdekakan bangsa ini dari mereka para Kapital dan Kolonial yang bertopeng sebagai ‘anak negeri’.

Perjuangan belum berhenti, jangan biarkan anak cucu kita nanti hanya melihat dari buku sejarah atau mesin pencari bahwa ‘pernah ada’ suatu bangsa penuh pesona yang memiliki daya tarik luar biasa namun telah tiada karena ketidakpedulian kita sebagai anak negeri.

Maaf, jika aku tak sepaham dengan arti kemerdekaan dalam anganmu. Bagiku kemerdekaan adalah saat di mana kita dapat menentukan arah tujuan bangsa tanpa skenario para Kapital pemilik modal ataupun Kolonial berdasi serupa anak negeri.

Oleh : Anasera Pratista

Kota Pahlawan, 17 Agustus 2019

- Advertisement -

Berita Terkini