Sumpah Di Bawah Koran

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Profesi apapun selalu ada potensi memungkinkan untuk menguntungkan diri pribadi, entah apapun alasannya! Dari korupsi recehan nilai nominal sepuluh ribu sampai triliunan.

Presentasi orang amanah sangat kecil, jika orang itu diberikan posisi yang berhubungan dengan kekuasaan.

Lihat saja beberapa kasus besar Century dan BLBI siapa yang jadi dalangnya? Belom ketemu, mereka kong kalikong menutup rapat. Istilahnya sih “mikul dhuwur mendhem jero” tapi itu dalam hal kejahatan. Lucknuts kan!

Lihat saja, para pejabat publik saling rebutan kursi! Karena jabatan itu berpotensi untuk memperkaya diri dan golongannya (badut menjijikkan).

Jadi ingat dulu untuk satu bangku siswa baru harus bayar sekian rupiah agar bisa bersekolah di sekolah tersebut meski kapasitas otaknya tidak memenuhi syarat.

Jual beli burung eh jual beli kursi sudah menjadi tradisi bahkan budaya untuk satu posisi penting dalam jabatan. Sogok-menyogok, suap-menyuap adalah hal suci yang harus dipertahankan.

Apa Anda yakin orang seperti mereka badut-badut yang bekerja untuk pemerintah mengatasnamakan rakyat bisa amanah? Kelakuan mereka menjijikkan selalu merasa berjasa atas sesuatu hal meski dalam kecurangan.

Kursi yang diperebutkan para Pencoleng adalah jabatan struktural yang strategis dengan harapan lebih muda makan duit negara. Bisa dipastikan para Pencoleng akan menghancurkan negara dari dalam.

Tidak perlu menggunakan kitab suci yang sakral untuk sumpah jabatan pada para badut-badut parlemen, apalagi menyumpah jabatan kepada para Bandits dan Pencoleng.

Sumpah saja mereka itu di bawah koran bekas untuk mengambil sumpah jabatan. Toh Tuhan mereka adalah duit dan kekuasaan yang berarti kehormatan. Kitab suci pejabat adalah buku tafsir seribu mimpi.

Para pejabat negara yang menjadi Pencoleng membungkus dirinya seperti orang suci. Anda pasti tertipu. Mereka keluarkan fatwa serta kita bijak melakukan perbaikan ekonomi dan negara untuk rakyat.

Kebenarannya hanya satu mereka melakukan perbaikan ekonomi keluarganya, mempertahankan dinasty kekuasaan agar tetap selamat dengan menutup mata keadilan.

Saling tolong menolong dalam kebaikan sudah tergantikan dengan tolong menolong dalam kejahatan. Keadilan dan sejarah bahkan nasib kalian semua penguasa yang menentukan.

Kekuasaan yang diamanatkan Tuhan telah memunculkan sifat ujub, dengan kekuatan dan kekuasaan itulah seorang Pencoleng menyebut dirinya menjadi perwakilan, perpanjangan tangan Tuhan.

Probolinggo, 6 Juli 2019

Penulis adalah Sayuh

- Advertisement -

Berita Terkini