Indonesia Punya Siapa?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Mental Inlander. sebagai boneka centeng kompeni melakukan penindasan dilakukan pada rakyat, Indonesia dulu milik Belanda karena penghianatan para marsose pada tanah kelahirannya. Indonesia bukan milik pribumi.

Apapun, semua kebutuhan negara Belanda tercukupi dari Indonesia, bahkan memperkaya negara kincir angin. Tidak cuma itu bahkan Belanda export import manusia untuk memuaskan hasrat memiliki seluruh Indonesia.

Siapapun di rasa meresahkan, mengganggu ketenangan sang Tuan akan di buru oleh anjing-anjing pribumi yang menggadaikan idealisme.

Nasib baik Atjeh masih dalam perlawanan, kemerdekaan Indonesia bukan pemberian tapi perlawanan berdarah-darah. Para pejuang melakukan melawan kolonialisme karena tidak mau menjadi negara persemakmuran layaknya Malaysia Singapura.

Aturan internasional jika satu negara’ di jajah lebih 150 tahun akan menjadi milik negara penjajah.
Indonesia sekarang punya siapa?
Saat ini yang memahami geopolitik dan perang asimetris pasti mengatakan Indonesia punya Jokowi di perebutkan Cina dan Amerika. Cina the Winers.

Hampir semua projects infrastruktur diserahkan ke China bahkan terbaru adalah mengundang maskapai penerbangan dari negara tirai bambu. Hanya untuk menekan harga tiket pesawat mahal.

Kritikan hanya ada dari media sosial seperti FB dan Twitter. Kartunis Jepang pun tak ketinggalan kritisi kebijakan Presiden Jokowi.

Jaman memang berubah maju satu nasehat Pak’e *sejarah akan berulang polahnya sama hanya jaman berbeda.”

Coba saja kalian buat resah ganggu kenyamanan Jokowi dan pejabat pendukung pemerintah. Seperti apa nasibmu? Apakah menyusul Jonru, jasriadi, Buni Yani atau yang lain.

Indonesia bukan punya kita lagi. Sebentar lagi akan banyak penyesalan serta taubatan nasuha, jika anak cucu kalian menjadi budak di tanah kelahirannya.

Jokowi adalah simbol negara Indonesia jangan di kritisi, kebijakan yang harus dikritisi. Jokowi bilang “Jika jadi presiden akan di berikan kebebasan berpendapat” Apakah sekarang ini apa masih berlaku?

Kalau sistem itu tak bisa diperiksa kebenarannya dan tak bisa dikritik, maka matilah Ilmu Pasti itu.
Berfikir besar dan bertindak
Revolusilah, yang bukan saja menghukum, sekalian perbuatan ganas, menentang kecurangan dan kelaliman, tetapi juga mencapai sekalian perbaikan bagi yang buruk (Tan Malaka).

“Kowe sopo Le ? Sok omong politik, wis meneng wae ora usah milu mikir negara wis ono sing mikir!!

“Aku rakyat jelata yang tidak apatis akan keadaan, juga tidak mengikuti arus memuaskan syahwat pusaran kebencian, aku orang merdeka dan tuan atas diriku sendiri.”

“Jokowi itu mirip Oemar bin Khattab Le! sergah Mbah Keroppi.

“Jika memang mirip Khalifah Oemar bin Khattab kenapa tidak peka akan permasalahan rakyatnya (saya akan akui mirip Oemar bin Khattab jika tengah malam memanggul gandum sekarung buat rakyat kelaparan seperti di pulau maluku).”

Beritahukanlah kepada kami, bagaimana perhubungan ekonomi antara bangsa dan kelas itu? Bukankah kerjasama harus saling menguntungkan?

Lihat sekarang semua terjadi seperti di katakan Tan Malaka “Pemerintah Indonesia kembali dipegang oleh kaki tangan kapitalis asing walaupun bangsa Indonesia sendiri, dan 100% perusahaan modern berada ditangan kapitalis asing, seperti di zaman “Hindia Belanda”.

Maka Revolusi Nasional itu berarti membatalkan Proklamasi dan kemerdekaan Nasional dan mengembalikan kapitalisme dan imperialisme internasional.”

Sudah lah Tuan! “Jangan jatuhkan dirimu dalam kesesatan” Kopi ini terasa pahit seperti Indonesia yang memiliki pimpinan tidak peka terhadap perubahan dan problematika rakyat serta. Indonesia terpasung hutang Cina.

Penulis adalah Sayuh

- Advertisement -

Berita Terkini