Dialog Kebangsaan 111 Tahun Hari Kebangkitan Nasional

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Wacana kebangkitan nasional merupakan sebagai spirit persatuan dan kesatuan bangsa yang saat ini di gaungkan oleh para pemuda-pemuda Indonesia.

Seperti halnya yang terjadi di sumatera utara diperlihatkan oleh sekelompok milenial dengan situasi hiruk pikuknya perpecahan akibat imbas dari pemilu lalu mereka melakukan diskusi kebangkitan Nasional yang digelar pada Minggu di Djong cafe, Jalam Willem Iskandar, Minggu (19/5/2019).

Acara tersebut menghadirkan pembicara yang berkompeten yaitu Agus marwan SIP selaku Praktisi Sosial, dan Purjatian Azhar MHum yang hadir sebagai akademisi UINSU.

Dalam hal ini, Agus Marwan menyampaikan bahwa kondisi semangat dan kesadaran Nasional sangat perlu untuk diperkuat. Hal tersebut bisa dilakukan dengan sikap dewasa masyarakat dan pemuda dalam menanggapi hoax.

“Rasa nasionalisme kita ini sudah kuat, namun perlu juga kita melakukan penguatan seperti halnya kita dewasa dalam menanggapi dan menerima isu-isu yang dapat memecah belah bangsa Indonsia,” jelasnya.

Untuk itu, sambung Marwan, masyarakat harus selektif menerima informasi dan menjadikan pancasila sebagai pedoman untuk merawat bingkai NKRI.

Tidak cukup sampai disitu, ia juga mengajak pemuda-pemudi agar memanfaatkan revolusi indistri 4.0 dengan menjadi masyarakat kreatif sehingga mampu berdaya saing dikanca perpolitikan Internasional.

Hal yang senada dikatakan Purjatian Azhar, bahwa politik identitas mulai terjadi yang membuat masyarakat Indonesia tidak lagi memakai kata persatuan yang sesuai di tuangkan dalam Pancasila yaitu sila ke tiga.

Sebaiknya, Sambung Purja, agar agama dan politik sebaiknya dipisahkan, karena ia menganggap oknum-oknum tertentu akan memanfaatkan untuk dijadikan senjata adu domba yang meneyebabkan runtuhnya Rasa Nasionalisme.

“Perbedaan politik itu biasa terjadi namun perlu saya tekankan kita juga harus menyikapinya dengan bijaksana, tanpa menghilangkan nilai-nilai pancasila yang sudah final,” tuturnya.

Kemudian dalam diskusi tersebut, beberapa audiens mencoba Menanggapi isu yang hangat saat ini adalah istilah people power.

Hal ini dipaparkan oleh pembicara bahasa istilah people power saat ini tidak sesuai syarat yang pernah terjadi pada masa orde baru yaitu situasi ekonomi genting, sistem aparatur kacau sehingga mendesak masyarakat untuk melakukan people power.

“Istilah ini pernah terjadi pada tahun 1998, namun jika kita lihat sekarang people power yang dibuat oleh elit-elit politik katakanlah kubu 02 tidak tepat karena peopel powernya Lebih mengutamakan simbol daripada substansi,” tegas Agus.

Kemudian harapannya kepada seluruh masyarakat indonesia terkhususnya kaum milenial , kaum intelektual agar mengembalikan spirit literasi, karena itu adalah modal untuk mempertahankan kebangkitan Nasional.

Sebelumnya, Kebangkitan Nasional Indonesia pertama kali dicetuskan abad ke-20, oleh sutomo, dr cipto mangunkusumo dkk. Tgl 20 mei 1908 di mana banyak rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai “orang Indonesia”.

Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa itu.

Kemudian, acara talk show ini sekaligus buka bersama berjalan khidmat, dengan dihadiri oleh mahasiswa, aktivis-aktivis kampus sebanyak 100 orang. Berita Medan, Imam

- Advertisement -

Berita Terkini