Debat Pilpres

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Nonton Debat I Presidential Candidate, Pilpres 2019 yang telah selesai menyisakan beberapa pertanyaan, seberapa besar pengaruh debat terhadap elektabilitas masing-masing pasangan kandidat?

Paling tidak ada beberapa catatan tentang Debat Pilpres 2019. Pertama, Debat Pilpres adalah tradisi bagi sistem demokrasi di beberapa negara yang menerapkan sistem demokrasi dan menjadi salah satu acuan untuk mengelaborasi tentang visi, misi dan program para kandidat.

Kedua, Debat Pilpres sesungguhnya merupakan suatu media mengkampanyekan para kandidat yang secara esensial dan substansial hanya bisa dicerna secara sempurna oleh kelompok pemilih terdidik dan diharapkan bagi para pemilih yang belum memutuskan pada pasangan kandidat mana pun yang mencapai 21,5% dan pemilih yang akan tidak menggunakan hak pilih yang mencapai 40% – 45% tergerak untuk memilih.

Ketiga, Debat Pilpres sesungguhnya musti mampu mengelaborasi data-data apa saja yang menjadi kebutuhan dan harapan para pemilih terhadap pasangan kandidat Presiden dan bagaimana pasangan kandidat menjawab dan memberikan solusi terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat pemilih bila kelak mendapat kepercayaan dan mandat dari rakyat.

Untuk menjawab tiga catatan penting terhadap Debat Pilpres I 2019 yang telah berlangsung itu kita dapat nyatakan bahwa sebagai suatu negara bangsa Indonesia tidak memiliki tradisi yang baik untuk para kandidat presidennya berdebat secara bebas dan terbuka, tetapi masih menjaga adat ketimuran, sopan santun dan ewuh pakewuh, karena debat bukan tradisi bangsa kita. Karena dengan berdebat yang terlalu terbuka dan fulgar akan melukai hati dan mempermalukan pasangan kandidat.

Selanjutnya, Debat Pilpres dengan pola dan elaborasi perdebatan yang semacam itu tidak memberi efek yang signifikan terhadap peningkatan elektabilitas masing-masing kandidat. Agaknya usulan Rocky Gerung di forum ILC beberapa waktu lalu agar isi kepala dan kecerdasan para pasangan kandidat untuk di uji di kampus layak untuk dipertimbangkan.

Bagi para pemilih yang belum memutuskan untuk memilih sulit untuk memutuskan pilihannya ketika elaborasi debat tidak menyentuh pada hal yang esensial menjadi kebutuhan dan harapan masyarakat pemilih, apalagi para pemilih yang telah menetapkan untuk tidak memilih tentu saja akan tetap pada keputusannya.

Oleh karenanya, Debat Pilpres di negara demokrasi yang masih memegang teguh budaya ketimuran ini menjadi semacam kegiatan ceremonial biasa dan bersifat formalitas.

Setelah kita menonton Debat Pilpres I 2019, yang tersisa tinggal serunya perdebatan para pemilih ideologis dan pendukung masing-masing pasangan kandidat melanjutkan perdebatan itu di berbagai momentum dan tempat terutama di cafe dan warung-warung kopi sambil menikmati kopi hasil negosiasi: “kopi satangah aia panuah” (baca: “kopi setengah air penuh”).

Dan hari-hari kita selanjutnya di setiap waktu di sekitar kita akan dipenuhi dengan serunya debat politik dalam format debat dan negosiasi politik warung kopi khas rakyat Indonesia. Salam Demokrasi.

Oleh: Wahyu Triono KS 

Universitas Nasional, Founder SSDI dan Leader Indonesia

- Advertisement -

Berita Terkini