Djoss Unggul, Mungkinkah?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Semenjak Lembaga Survei Indo Barometer mengumumkan hasil survei Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgub Sumut) 2018, pembicaraan tentang Pilgub Sumut 2018 semakin hangat. Ada pendukung yang tersenyum melihat hasil survei, dan ada pula yang menggeruti yang mengatakan hasil survei itu tidak mungkin, atau ada yang mengatakan itu tidak dapat dipercaya.

Suka tidak suka dengan hasil survei Indo Barometer yang mengumumkan bahwa pasangan nomor dua, Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (DJOSS) mengungguli pesaingnya dari pasangan nomor satu, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (ERAMAS), itu sudah hasil kerja survei Indo Barometer dengan metode yang mereka pilih sendiri. Sesuai dengan penjelasan dari Direktur Indo Barometer, Muhammad Qodary, survei itu dilakukan pada 26 Mei sampai 2 Juni di 33 Kabupatern/Kota di Sumatera Utara. (Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com).

Mungkinkah DJOSS unggul padahal opini yang berkembang di masyarakat sebelumnya bahwa ERAMAS akan lebih unggul?

Apa yang tidak mungkin di atas bumi ini. Demikianlah jugalah dalam dunia politik. Elektablitas atau popularitas dapat menurun dan meningkat dalam sekejap saja, apalagi dengan kemajuan zaman tekhnologi saat ini. Perubahan adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan manusia ini. Masyarakat Sumut tidaklah langsung menjatuhkan pilihannya secara final sampai waktunya tiba.

Memang, jika kita melihat hasil survei yang diumumkan lembaga riset PRC, elektablitasi DJOSS berada di angka 38,4% dengan selisih 10% dari pasangan nomor satu, ERAMAS yang berada di angka 48,7%. Di informasikan dalam media Medanbisnisdaily.com, 21/4/2018, elektablitas ERAMAS stagnan, sedangkan elektablitas DJOSS meningkat terus, sehingga selisih 10%. Maka tidak menutup kemungkin bahwa selisih itu di pecahkan oleh DJOSS dengan banyak bersosialisasi kepada masyarakat Sumut, ditambah lagi penampilan DJOSS dianggap mengungguli ERAMAS pada saat Debat Kandidat yang pertama dan kedua.

Seperti yang dikatakan oleh seorang Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Dadang Darmawan saat di wawancara wartawan Medanbisnisdaily.com, ia mengatakan tren positif DJOSS terus mengalami peningkatan karena banyak factor, salah satunya adalah strategi yang dilakukan DJOSS untuk meyakinkan masyarakat Sumut.

Strategi DJOSS dan ERAMAS tentunya berbeda. Saya sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Dadang Darmawan, bahwa ERAMAS lebih cenderung pada strategi mempertahankan kemenangan karena elektablitasnya di awal-awal tinggi. Dan isu-isu yang dibangun oleh pendukung ERAMAS cenderung kepada SARA, lebih tepat pada isu-isu agama. Padahal hari ini, masyarakat kita Indonesia mulai mlepaskan isu-isu pertentangan agama ini gara-gara politik. Sedangkan DJOSS terus turun kelapangan dengan team untuk meyakinkan masyarakat Sumut, mereka melakukan penetrasi untuk menggaet dukungan masyarakat.

Sehingga dengan demikian elektablitas ERAMAS yang tinggi itu tidak terlihat lagi, malah terbalik seperti yang disampaikan hasil lembaga survei dari Indo Barometer. Kurang dari sepuluh hari ke depan, menuju Pilgubsu 2018 pada tanggal 27 Juni 2018, Tarik menarik dukungan dari masyarakat Sumut akan terus terlihat. Dan di tanggal 27 Juni 2018 akan kita lihat hasilnya. Mungkinkah ERAMAS, atau DJOSS?

Penulis: Ibnu Arsib
(Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa)

- Advertisement -

Berita Terkini