Jalan Jalan Politik Pergerakan

Jalan - jalan Pemikiran
Krisna Savindo

MUDANEWS.COM – Beberapa waktu belakangan ini saya hanya dapat menyerap informasi berita nasional lewat internet dan itu melalui berita yang muncul di halaman media sosial, karena kondisi yang tidak bisa membaca koran atau mengakses televisi.

Kondisi seperti saya ini sebenarnya rentan dengan framing berita viral, yang beritanya telah diframing sedemikian rupa. Namun, banyak hal yang membuat seseorang dapat terhindar dari framing tersebut. Namun bagaimana dengan masyarakat yang tidak dapat menghindar, dan terjebak oleh framing?

Salah satu cara untuk menghindarinya adalah memperbanyak referensi bacaan yang terkait dengan berita yang sedang berkembang, serta memandang sebuah isu yang berkembang dengan persepektif yang berbeda. Dalam hal tersebut, siapa saja akan mampu nantinya hadir pada perspektif pribadi, awalnya akan masuk pada fase pembaca yang bijak. Selanjutnya pembaca dapat memperbanyak referensi dari hal-hal yang ada hubungannya dengan berita-berita yang sedang viral atau yang sedang dibaca.

Dari beragamnya situasi dan kondisi yang terjadi secara nasional saat ini, maka melalui tulisan ini saya akan menulis keluar dari konteks kekinian. Namun menurut saya, perlu untuk kita semua menapak tilas kembali perjalanan sejarah pemikiran di Indonesia di masa lalu, agar dapat menjadi sudut pandang yang lebih beragam dalam setiap yang muncul pada situasi nasional sekarang dan kedepan.

Memperhatikan yang terjadi saat ini membawa saya teringat dengan leluhur yang dulu berjuang dengan sederhana, mereka mencoba memulai dengan memperjuangkan hak-hak masyarakat pada saat itu, masyarakat apa? Tentunya Hindia Belanda, lalu apa yang sebenarnya terjadi? Saya mulai dari tahun 1911, pada tahun itu terjadi perbedaan perlakuan antara pedagang pribumi miskin yang muslim dengan pedagang tionghoa oleh penguasa Hindia Belanda.

Berangkat dari dasar kepedulian tersebut, KH. Samanhudi tergerak untuk mendirikan organisasi Sarekat Dagang Islam, untuk menjadi tempat memperjuangkan kepentingan para pedagang pribumi miskin muslim tadi. Sebelumnya Tirtoadisuryo sebenarnya tahun 1909 telah mendirikan organisasi serupa dengan nama Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia, kemudian Tirtoadisuryo juga mendirikan organisasi yang sama di Bogor.
Walaupun tidak terlalu besar KH.

Samanhudi membangun organisasi SDI hingga terdengar gaungnya dari kota Surakarta Jawa Tengah hingga Surabaya Jawa Timur. Mendengar pergerakan tersebut HOS Cokroaminoto tergerak merasa apa yang menjadi kegelisahannya ternyata juga dirasakan oleh pemuda-pemudi di kota lain. Momentum itu dijadikannya sebagai sebuah perjuangan untuk hijrah, Akhirnya pada tahun 1912, HOS Cokroaminoto mendirikan Sarekat Islam di Surabaya, dengan harapan pergerakannya tidak hanya dalam bidang ekonomi, melainkan perlu seperti dibidang politik untuk meperjuangkan hak-hak seluruh pribumi terutama para buruh pekerja.

Pergerakan ini bermunculan di kota lainnya, sampai-sampai 3 tahun sejak berdiri, tepatnya tahun 1915 H. Agus Salim ikut bergabung untuk hijrah bersama HOS. Cokroaminoto, dan sempat menjadi Pemimpin kedua, SI berkembang konsolidasi terjalin antar kota. SI tidak hanya menjalaninya hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di antara muslim dan membangun ekonomi rakyat.

Pergerakan dari Sarekat Islam menjadi magnet tersendiri untuk para pemuda datang ke Surabaya, sama halnya dengan KH. Agus Salim, Muso, Soekarno, Semaun Alimi, dan Kartosuworyo Bahkan Tan Malaka sempat mendekat ke Surabaya. Jalan jalan perjuangan mereka sangat menginspirasi, menarik untuk kita cari tau lalu dipahami, untuk jadi api yang merefleksikan kepada sikap kita dalam Berbangsa, Bertanah Air, Bernegara Indonesia.

Menilik dari apa yang digelisahkan para tokoh tersebut, Menelaah apa yang menggerakkan mereka, meresapi apa yang diharapkan para tokoh pergerakan tersebut, ada hal yang menarik.
Yaitu mereka memperjuangkan Kesetaraan, Kesejahteraan, Keadilan, dan kemerataan sehingga muncul persaudaraan sesama (muslim), dari berbagai kalangan, baik pedagang maupun pekerja buruh yang dipekerjakan semena-mena.

Jika mencoba memahami lagi pemikiran Karlmax mulai dari Sosialis yang mengkerucut pada Komunis, maka apa yang diperjuangkan oleh para tokoh itu adalah apa yang di bingkai dari Ideologi Marxisme, tapi kenapa pada akhirnya mereka tidak berjalan di garis ideologi tersebut?

Jawaban singkatnya adalah sebab Islam telah lebih dulu mereka kenal sebagai sebuah jalan hidup, sehingga Joeang itu di beri semangat oleh HOS. Cokroaminoto dengan trilogi “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat .”

Dari trilogi tersebut, memunculkan hal hal yang menarik lagi untuk kita semua ketahui. Maka tulisan ini akan berlanjut pada “Jalan-Jalan Pergerakan Politik II”.  By : Krisna Savindo/Red.

Penulis adalah alumni FEB Universitas Sumatera Utara, dan aktif sebagai Travel Bloger Backpacker.