Kegigihan Dalam Menimba Ilmu

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Sebagai mahasiswa, tugas kita adalah belajar dan berorganisasi. Semua aktivitas kita, tugas fungsi mahasiswa sudah ada dalam kedua tugas tadi. Jikalau kita sudah selesai bermahasiswa dan berorganisasi, tentunya kita menjadi alumni. Ketika kita mendapatkan kesempatan atau mendapatkan amanah untuk menjadi pemangku perubahan, kita sudah tahu nantinya bagaimana cara merubah sistem yang tidak baik, itu pun jikalau kita bisa menjaga idealisme kita seperti sewaktu menjadi seorang mahasiswa.

Kita harus sabar selama kita menjadi seorang mahasiswa. Kita harus sabar dan gigih dalam kuliah dan berorganisasi. Sangat susah mensinkronkan aktivitas kuliah dengan aktivitas organisasi, melakukan pergerakan, apalagi dengan sistem pendidikan tinggi yang memenjarakan mahasiswa saat ini dengan kenyamanan.

Sabar dan teruslah mempertajam atau menambah kualitas diri, baik kualitas intelektual, kualitas emosional dan kualitas spritual. Yakinlah, suatu saat nanti, kita dapat memetik buah yang manis dari perbuatan baik kita. Seperti kata Bung Karno, “Bermimpilah setinggi langit, ketika jatuh maka berada di antara bintang-bintang”. Bercita-cita tinggi tidaklah menjadi masalah.

Mari sejenak kita renungkan kesabaran para tokoh-tokoh besar dari seluruh penjuru dunia dan dari seluruh aspek bidang yang ada di dunia ini, baik dibidang agama, filsafat, sains, politik, hukum, sosial dan bidang-bidang lainnya.

Thales, Anaximandros, Anaximenes, Phytagoras, Zeno, Cicero, Socrates, Plato, Aristoteles dan tokoh-tokoh filsafat klasik dari Yunani lainnya. Mereka adalah sosok manusia yang begitu sabar dan begitu gigih dalam belajar tentang hal apa pun. Sampai-sampai terkadang mereka dianggap gila hingga diancam bahkan ada yang dibunuh karena hasil dari pada karya pemikirannya. Tentunya kita masih sangat merasakan hasil-hasil pemikirannya sejak zaman sebelum masehi hingga saat ini.

Al-kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusdy, Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, dan tokoh-tokoh filsuf Islam lainnya. Ada Imam Bukhari, Imam Muslim, Tirmidzi, dan Imam-imam perawi hadist lainnya. Ada Imam Maliki, Syafi’i, Hambali, Hanafi dan ahli-ahli fiqh lainnya. Mereka semua, tanpa terkecuali, begitu sabar dan gigih dalam masa belajarnya. Sabar mempelajari ilmu pengetahuan yang berkembang pada masanya masing-masing. Disamping itu, mereka harus belajar dan betul-betul memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan yang pada masa itu banyak dipengaruhi oleh ilmuwan-ilmuwan dari Yunani, terkhususnya di masa filsuf Islam, seperti dibidang filsafat. Kesabaran dan kegigihan para tokoh-tokoh yang disebutkan tadi membuahkan hasil yang berguna hingga saat ini. Bahkan, tidak jarang sekali, hasil pemikiran mereka atau hasil kajian mereka sering menjadi referensi penting dalam kajian keilmuan masa sekarang.

Rene Descartes, Agus Comte, Immanuel Kant, dan tokoh-tokoh filsuf Barat atau ilmuwan lainnya sampai saat ini, sungguh sangat gigih dalam dunia keilmuan dan mereka tidak lepas belajar dari masa kejayaan ilmu pengetahuan yang dahulu Islam menjadi tolak ukurnya. Ketika itu Eropa masih dalam zaman kegelapan hingga datang masa pencerahan yang disebut masa Renaissance atau istilah lainnya disebut aufklarung.

Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, Ibnu Taiymiyah, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Abdurrahman Kawakibi, Ahmad Khan, Ali Syari’ati, Imam Khomeini, Al-Maududi, Sayyid Quthb, Hassan Al-Banna, Hassan Hanafi, dan tokoh pembaharuan atu tokoh-tokoh reformis Islam lainnya, yang masih hidup atau sudah tiada. Mereka begitu gigih untuk belajar, mereka tidak akan dapt melakukan gerakan-gerakan pembaharuan kalau mereka tidak berguru (belajar), bersabar dalam menuntut ilmu dan juga bersabar menungga masa yang tepat.

Jikalau kita lihat dari kisah-kisah para Nabi dan penerus-penerusnya. Dari Nabi Adam (Nabi pertama) sampai pada Nabi Muhammad SAW (Nabi terakhir), tentunya sudah melewati kesabaran dan kegigihan untuk menyampaikan misi ketuhanannya kepada tauhid yang benar (al-haq) dan misi kemanusiaan yaitu kemerdekaan, keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran tanpa penindasan. Dengan kesabaran dan kegigihannya melewati seluruh perlawanan, kita pun saat ini dapat menikmati indahnya kehidupan yang penuh dengan iman, ilmu dan keharmonisan dalam hidup manusia.

Jika kita intip ke Indonesia, tidak akan sukses K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Anshari dalam mendirikan organisasi Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU) tanpa mereka pada masa mudanya belajar kepada sang guru dan bersabar ketika mendirikan, mempertahankan organisasi tersebut, sehingga menjadi organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Dan juga organisasi ini terus mempertahakan keutuhan negara Indonesia. Mungkin kita bagian dari pada organisasi itu.

HOS. Cokroaminoto, Mohammad Natsir, Prawoto, Hamka, Soekarno, Semaun, Muso, Darsono, Tan Malaka, Agus Salim, Bung Hatta, Sjahrir, beserta tokoh-tokoh pergerakan Indonesia lainnya yang masih hidup atau pun sudah tiada. Mereka begitu sabar belajar dan berguru di waktu muda hingga mereka dapat menjadi tokoh-tokoh sentral di Indonesia. Bahkan di antara kita ada yang menjadikan mereka idola pergerakan. Mereka tidak dapat dilepaskan dari perjalanan dinamika sejarah Indonesia yang panjang.

Jadi, dari sekian banyak tokoh yang disebutkan atau pun yang belum disebutkan, semuanya melewati masa-masa belajar sebelum terjun pada dunia yang nyata. Mulai dari tokoh perwakilan Tuhan hingga tokoh-tokoh pembunuh Tuhan, mulai dari tokoh-tokoh agama hingga tokoh-tokoh filsuf, mulai dari tokoh-tokoh pergerakan hingga tokoh-tokoh sastra tentunya telah mengalami masa-masa belajar dan telah kita lihat sendiri bagaimana pengaruh-pengaruh mereka hingga saat ini.

Dari itu semua, dapat kita tarik suatu kesimpulan, bahwa kegigihan, motivasi, tujuan, idealisme, kecerdasan, emosional, spritual, dan semangat adalah modal utama bagi mahasiswa yang ingin menjadi tokoh disetiap bidang yang diminatinya. Untuk apa kita belajar, untuk apa kita menjadi mahasiswa, untuk apa kita kuliah, kalau bukan untuk menjadi orang yang berguna bagi orang banyak dan bagi diri kita sendiri. Opini Sumut, Ibnu Arsib

Penulis adalah Instruktur HMI Cabang Medan.

- Advertisement -

Berita Terkini