HMI, Bersatulah Dengan Ulama

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Arda

MUDANews.com, Medan (Sumut) – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (5 Februari 1947 – 5 Februari 2017), didirikan oleh Lafran Pane yang sampai kini menjadi perbincangan beberapa kalangan untuk mencatat namanya sebagai pahlawan Nasional Indonesia. Seorang pendiri HMI yang menularkan semangat perjuangannya ke seluruh pelosok Indonesia. HMI merupakan organisasi masasiswa terbesar dan tertua yang menghasilkan kader dan alumninya sebagai orang yang berkualitas dan mencetak intelektual negarawan dari berbagai bidang.

Atas prakasa Lafran Pane HMI didirikan bersama 14 orang temannya di Sekolah Tinggi Islam (STI) Yogyakarta. Hingga sampai saat ini HMI masih memiliki tempat khusus dalam pergolakan bangsa, dan tak sedikit pihak yang merasa kepentingan politiknya terganggu dengan keberadaan HMI mewacanakan untuk membubarkan HMI yang merupakan anak kandung umat ini.

Sementara HMI sendiri aktif dalam nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang menjadikan kadernya sebagai manfaat untuk agama, masyarakat dan bangsa Indonesia. Melihat gejolak yang terjadi di negara Indonesia saat ini, membuat kader dan alumni HMI merespon aktif dalam membangun kritikan dan masukan terhadap bangsa. Disamping itu ada pula orang yang memfitnah HMI sebagai rumah para koruptor seperti yang dikatakan oleh Saut  Sitomorang beberapa waktu lalu. Perbuatan Saut Sitomrang ini mendapatkan kecaman dari kader dan Alumni HMI. Dalam buku  Cak Nur (Nurcholis Madjid) yang berjudul Banyak Jalan Menuju Tuhan, megatakan bahwa pada dasarnya, perlunya oposisi itu bisa dimulai dengan suatu yang sederhana sekali yaitu bahwa masalah sosial dan politik itu tidak bisa dipertaruhkan dengan itikad pribadi baik orang itu mempunyai itikad baik sebab yang dipertaruhkan kehidupan orang banyak. Dan kalau sesuatu itu bersifat sosial yang menyangkut orang lain maka itu harus dipersepsi, dipahami sebagai suatu hal yang terbuka, dimana partisipasi itu merupakan suatu bentuk keharusan.

HMI  Ingin Dibubarkan

Dinamika politik yang terjadi di negara ini pada akhirnya memunculkan isu mengenai pembubaran HMI oleh kalangan yang merasa kepentingannya diusik oleh HMI. Dalam buku HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 1963-1966 (Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara), oleh M.Alfan Alfian, Nurcholish Madjid memakai istilah fight for (amal ma’ruf) atau perjuangan proaktif, dan fight against (nahi munkar) atau perjuangan reaktif. HMI  pada Tahun 1960-an, mungkin juga awal1970-an tekanan HMI lebih banyak kepada Fight agains yaitu perjuangan melawan kaum pendukung ideologi yang anti –agama dan anti-pancasila, khususnya PKI.

HMI menjadi musuh utama PKI, yang ingin membubarkan HMI. DN Aidit Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (CC-PKI) memerintahkan anak buahnya agar membubarkan HMI, dan apabila tidak bisa dibubarkan maka harus pakai sarung kalian, tapi berkat Tuhan yang Maha Esa bukannya HMI yang bubar, akan tetapi PKI yang justru dibubarkan. Ahmad Syafii Maarif  mengatakan bahwa watak komunis Indonesia itu membonceng. Dalam pengalaman Idonesia sejak dekade kedua abad ke 20, komunis selalu membocengi aliran politik lain untuk menebarkan pengaruhnya. Sedangkan enurut Syafii Maarif memberi peluang kepada Komunis/Marxisme sama artinya menghianati bangsa ini, sebab yang terjadi kedepannya kehancuran total. Apabila Komunis/Maxisme menjadi leluasa, perang saudara akan terjadi di antara kita. yang mana pihak yang pendukung komunis ingin menghancurkan kehidupan agama, masyarakat dan indonesia. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa komunis/marxisme adalah ideologi monopolitik yang tidak mungkin hidup berdampingan dengan aliran politik lain. Kalaupun pada permukaan seperti baik-baik, itu merupakan taktik sementara sebelum berkuasa akan tetapi apabila ia berkuasa mereka membuat hukum sesuai dengan kemaunnya atau kelompoknya. Tidak mementingkan keadilan dan menurut kemasalatan umat.

HMI untuk peradaban umat manusia

Sudah seharusnya kader HMI dan Alumninya untuk bersatu pada ulama dan melakukan Sholat Shubuh berjamaah dimilad HMI ke 70 Tahun. Membahas peradaban umat pada saat ini yang menjadi resah dikalangan masyarakat. Kodisi politik yang tidak stabil jangan sampai membuat kita lupa mendengarkan jeritan dari rakyat dan malah terbawa arus politik tersebut. Dalam buku autobiografi Amien Rais (Inilah Jalan Hidup Saya), Ia mengatakan bahwa ketika saya menjadi Wakil Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam(LDMI) cabang Yogyakarta, Amien Rais sering melakukan dakwah di masjid-masjid untuk menyiarkan agama dan sering melakukan kuliah subuh dimasjid. Dengan melakukan dakwah, bisa membuat pola berpikir masyarakat berubah. Dan hendaknya kader HMI melakukan diskusi dimasjid agar dekat dengan para ulama dan masyarakat. Agar terwujudnya sesuai dengan AD/ART pada pasal 4 yaitu, Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.[jo]

 

- Advertisement -

Berita Terkini