Pendapat Akademisi, Pengungsi Rohingya Tidak Hanya Membutuhkan Kebutuhan Fisik

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Laporan: Aulia Alfandry

MUDANews.com, Medan (Sumut) – Pengungsi Rohingya bukan hanya membutuhkan kebutuhan pangan saja tapi juga memerlukan kebutuhan mental. Hal ini diungkapkan oleh Hairul Anuwar Dalimunthe S.Psi, M.Si, seorang akademisi dari Universitas Medan Area (UMA).

Pengamat psikologi yang sehari-hari mengajar sebagai dosen di UMA, dan juga merupakan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Psikologi UMA ini, kepada MUDANews.com memberi pandangannya terhadap kondisi para pengungsi Rohingya, Senin (23/1).

”Jadi pengungsi itu sebenarnya tidak trauma, karena yang disebut kondisi trauma itu sendiri dapat ditimbulkan oleh kejadian yang mendadak,” kata Anuwar.

Menurutnya kondisi ini berbeda dengan kondisi pengungsi Rohingya yang sebenarnya mengalami kejadian terus menerus dan berulang-ulang. Tapi, ia menjelaskan bahwa mental health para pengungsi tersebut harus di perhatikan. Karena akan terjadi akumulasi masalah terhadap mental dan prilaku para pengungsi akibat dari kondisi yang meraka alami.

Hariul menganggap bahwa pengungsi Rohingya mengalamai akumulasi masalah yang mengakibatkan tekanan atas kondisi yang dihadapi. ”Biasanya orang-orang seperti pengungsi Rohingya ini mengalami akumulasi masalah”. Ungkap Hairul.

Akumulasi masalah itu adalah tumpukan masalah-masalah yang dihadapai oleh para pengungsi yang membuat perubahan perilaku induvidu.

Dia menekankan bahwa cara  mengurangi akumulasi masalah itu adalah dengan pendekatan psikososial agar mereka mampu mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/emosionalnya.[jo]

- Advertisement -

Berita Terkini