Musafir: Selalu Dalam Perjalanan (Safar)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM – Kehidupan yang dijalani oleh siapapun di muka bumi Allah ini hanya bagaikan orang asing atau musafir.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda, “Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian).” Lalu Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari, dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kemstianmu. (HR. Al-Bukhari No. 6416).

Sebagai layaknya orang yang musafir maka sudah musti menyadari bahwa dunia ini bukanlah tempat tinggal yang menetap (selama-lamanya), perumpamaan kehidupan manusia sebagai musafir bukan seperti musafir biasa yang bisa berhenti beristirahat dan singgah dimana saja, musafir dunia sebagai perumpamaan orang mukmin di dunia tidak pernah singgah, dia terus menerus dalam keadaan safar (perjalanan) yang mendekatkannya ke negeri akhirat.

Sejak pertama setiap manusia berada di dalam alam ruh, setiap jiwa yang berada di sana dapat dipastikan dapat berbicara, bahkan ia menyaksikan Allah SWT dan berinteraksi dengan-Nya, sebagaimana ayat berikut:

“Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.,” (QS. Al-A’raf [7]: 172).

Meskipun bila setiap manusia ditanya tentang alam ruh dan alam rahim tak satupun yang dapat merasakan dan menceritakannya, tetapi keyakinan yang totalitas terhadap alam ruh dan alam rahim diyakini melalui Al Qur’an dan Hadis Nabi membuat keyakinan yang total pula bagi orang-orang mukmin untuk menjadi musafir dunia yang selalu safar (dalam perjalanan) berada di jalan yang lurus dan selalu ingin ditunjukkan jalan yang lurus oleh Allah SWT: “(Ya Allah). Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.” (Al Fatihah:6-7).

Sebagai orang yang selalu safar (dalam perjalanan) menuju negeri akhirat melalui jalan yang lurus juga memerlukan bekal yang cukup agar sampai ke tujuan utama kembali bertemu Allah SWT dengan jiwa yang tenang sebagaimana ayat:

“Wahai jiwa yang tenang (27), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya (28). Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku (29), dan masuklah kedalam surga-Ku (30).” (QS. Al-Fajar 27-30).

Apa itu jalan yang lurus dan bekal apa yang musti kita persiapkan sebagai safar (dalam perjalanan) menuju negeri akhirat?

Mari kita terus berjalan dan jangan buang waktu percuma, menempuh jalan pintas lagi sesat dan menyesatkan. Pastikan bahwa kita selalu berada di jalan lurus yang diridhai Allah SWT dengan bekal yang cukup sampai ke negeri akhirat. [WT, 11/5/2019]

Oleh: Wahyu Triono KS
Founder Taman Pendidikan LEADER (Lembaga Edukasi Anak Didik Edukatif dan Religius) Depok dan Sekretaris Pesantren Pendidikan Al Qur’an Al Kayyis Jakarta Timur.

- Advertisement -

Berita Terkini