Memperingati Hari Kemerdekaan RI, Lentera Indonesia Institute Menggelar Dialog Kebangsaan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Negara – Lentera Indonesia Institute bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Jembrana menggelar dialog kebangsaan dengan tema ‘Merajut Kebersamaan Dalam Kebhinekaan’. Dihadiri lebih dari 200 peserta yang berasal dari kalangan akademisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, santri se Kabupaten Jembrana, Selasa (29/8/2017).

Acara tersebut digelar sebagai bentuk refleksi terhadap kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus kemarin. Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut adalah H. Tafsil Syaifuddin Ahmad, Pengurus MUI Jembrana, H. Fathur Rahim Ketua Kelompok Kerja Pesantren Indonesia Wilayah Bali dan Rifgil Halim dari kalangan akademisi.

Dialog ini merupakan kegiatan rutin Lentera Indonesia Institute, yang dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Kami selalu fokus dan menekankan kepada Kebhinekaan, karena hal tersebut merupakan tali pengikat bangsa Indonesia. Saat mampu dikelola dengan baik, keragaman akan menciptakan kehidupan yang indah penuh warna, namun sebaliknya akan menjadi potensi konflik yang besar jika salah dalam mengelolanya, ujar salah seorang perwakilan dari Lentera Indonesia Institute dalam Sambutannya.

Lebih lanjut dia mengatakan dengan dialog kebangsaan yang dilakukan di berbagai daerah, pihaknya berharap dapat menjaga kesadaran seluruh elemen masyarakat, untuk berpegang pada Kebhinekaan yang memberikan warna indah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurutnya, Bali khususnya Kabupaten Jembrana dipilih sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan kegiatan ini, karena wilayah ini memiliki konsep toleransi yang berlangsung turun temurun lewat istilah “Nyama Bali” (saudara Bali) dan “Nyaman Selam” (saudara Islam).

“Namun akhir-akhir ini ada beberapa oknum yang entah sadar maupun tidak, bahasa maupun prilakunya bisa merusak konsep toleransi yang sudah berlangsung turun temurun tersebut. Bali sebagai simbol perdamaian, dengan latar belakang masyarakatnya yang berbeda-beda harus tetap dipertahankan,” katanya.

Tiga narasumber dialog, sama-sama menekankan perbedaan bukan berarti harus bermusuhan, karena perbedaan suku, agama dan ras dalam kehidupan tidak bisa dihindari

Peserta dialog diajak untuk menjadi tali yang melingkar-lingkar sebagai pengikat, dibanding menjadi tali yang terbentang lurus, tanpa mampu mengikat benda di sekitarnya.

Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa STIT Jembrana Wildan mengatakan, sangat terbuka dengan dialog-dialog sejenis ini, untuk menambah wawasan serta pemahaman mahasiswa serta masyarakat umum terkait hubungan dalam keberagaman.

“Kalau ada lembaga lain yang mengajak kerjasama untuk kegiatan sejenis, kami siap menerimanya. Dialog-dialog seperti ini harus sering dilakukan, untuk menangkal provokasi-provokasi yang memecah belah,” akhir Wildan. Berita Negara, Purja

 

- Advertisement -

Berita Terkini