Kisah Tragis Jamalida Begum yang Diperkosa Serdadu Myanmar

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANews.com, Myanmar – Seorang janda di Myanmar mengaku telah mengalami pemerkosaan yang dilakukan oleh para serdadu Myanmar. Seperti dikisahkan oleh Jonah Fisher, seorang wartawan BBC yang melakukan investigasi terhadap kondisi para korban kejahatan HAM di Myanmar, wanita tersebut bernama Jamalida Begum (25).

Ia menceritakan, menjadi janda setelah suaminya ditembak mati oleh para serdadu Myanmar di Desa Pyaung Pyaik, bagian Barat Laut Myanmar. Pada saat itu para serdadu itu pun melkukan pembakaran terhadap perkampungan mereka. Ia hanya bisa melarikan diri dan membawa serta kedua anaknya.

Kemudian, berselang selama lima hari, ia pun kembali ke rumah mereka yang telah diberangus, beserta para tetangganya. Mereka pun menyaksikan rumah-rumah mereka telah luluh lantah akibat pemusnahan itu. Ia bersema para tetangga yang lain pun bersembunyi dalam sebuah rumah yang mereka lihat masih utuh.

Kejadian mengerikan itu pun kembali terjadi ketika keesokan harinya para serdadu itu kembali melakukan penyisiran terhadap perkampungan mereka. Sontak mereka pun marasakan ketakutan.

“Mereka memilih 30 perempuan. Setengahnya berusia antara 12 tahun dan 15 tahun,” ungkap Jamalida kepada Fisher, seperti dilansir BBC, Sabtu (11/3).

Lalu ia menceritakan bahwa ia beserta puluhan wanita lainnya diboyong ke sebuah bangunan sekolah di desa tersebut.

“Lalu mereka memilih empat orang dari 30. Keempat orang itu adalah saya dan tiga remaja. Lalu kami dipisah. Tentara membawa saya ke bagian timur sekolah, dekat kolam. Tujuh serdadu lainnya membawa tiga perempuan ke bukit di sebelah selatan sekolah,” ungkapnya.

“Dengan berteriak, mereka menyuruh saya membuka baju dan thami (kain lilit). Saat saya menolak, mereka mulai memukuli saya, menarik pakaian saya, dan mendorong saya ke tanah. Tiga serdadu memperkosa dan menyiksa saya selama satu jam. Darah keluar dari bagian bawah tubuh dan kaki saya terasa kram. Mereka menonjok mata saya dan menuduh saya memelototi mereka. Mata saya terasa merah seperti batu bara. Mereka meninggalkan saya dalam keadaan berdarah dan pergi dengan jip mereka,” ungkapnya.

Setelah kejadian mengerikan itu, mulailah bermunculan gelombang laporan pelanggaran HAM, termasuk laporan mengenai kejadian pemerkosaan tersebut.

Namun Aung San Suu Kyi, seorang pembela Hak Azasi Manusia sekaligus penguasa Myanmar, membantah tuduhan adanya pelanggaran HAM dan pemerkosaan oleh para serdadu yang dikirim  ke Utara Negara Bagian Rakhine dengan tujuan ‘operasi pembersihan’ setelah polisi Myanmar mendapat serangan dari para milisi kaum Rohingya pada 9 Oktober 2016 lalu, yang menewaskan sembilan orang polisi dan melucuti persenjataan mereka.[jo]

- Advertisement -

Berita Terkini