Daerah Tertinggal: Antara Tertinggal dan Ditinggalkan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Islami Fatwa Lubis

MUDANews.com – Merantaulah agar engkau tahu di mana tanah kelahiranmu. Ada beberapa poin penting tatkala perantau melihat dan mendengar sisi positif dan negatif tentang tanah kelahirannya. Apalagi ketika mendengar penilaian orang tentang status daerah tanah kelahirannya. Hal ini akan memicu adrenalinnya untuk sukses dan berbenah.

Ketika seorang perantau mendengar bahwa orang-orang berbicara tentang tanah kelahirannya tentu ini akan menciptakan semangat baru sehingga ada dalam pikiran untuk menghasilkan sesuatu yang berharga semisal ijazah bagi pelajar, mobil dan uang yang banyak bagi pekerja dan karier yang ekslusif bagi pegiat sosial, ekonomi, politik yang akan di bawa ke tanah kelahiran pada moment tertentu misalnya pada saat lebaran dan tahun baru serta pilkada.

Aada juga yang sejak awal melangkahkan kakinya di bumi perantau telah membuat agenda jejak yang akan dilakukan rentang beberapa tahun tertentu semisal pelajar dan mahasiswa yang telah mengagendakan sesuai kebutuhannya. Tidak jarang perantau yang berstatus mahasiswa sangat cepat berkembang dan berinovasi saat setelah memulai belajarnya dinegeri orang dengan menitik fokuskan perhatiannya terhadap tanah kelahirannya, mungkin juga baru tersadar bahwa setelah memperoleh ilmu pengetahuan yang didapatnya tentang bagaimana cara pemerhatikan daerah tanah kelahiran sebagai kewajiban bathinnya untuk memperhatikan dimana bumi tempat iya pertama melihat dunia. Tentu melalui merantaulah kita tahu status tanah kelahiran itu.

Berbicara status daerah tertinggal dalam hal ini dititik beratkan pada sebuah daerah yang tertinggal dapat diartikan dari berbagai sudut pandang baik itu tertinggal dalam pendidikannya, Tertinggal dalam APBD nya bahkan tidak jarang status juga menggambarkan sumber daya manusianya dan alamnya. Bagi perantau khususnya mahasiswa yang masih segar sungguh menjadi sebuah pekerjaan rumah yang akan diselesaikan dalam jangka sesingkatnya.

Bak sebuah percintaan adakalanya status menjadi sebuah obat penenang bagi kekasih untuk menciptakan rasa aman dan tentram menjalani kehidupan, begitu juga hubungan yang terjadi antara perantau dan tanah kelahirannya secara alamiah. Seiring dengan rasa cinta yang mendasari untuk pembangunan tanah kelahiran itu.

Sebagai Putra Pasaman Barat, saya berpendapat bahwa kita patut memberi apresiasi terhadap program program pemerintah pusat melalui kementerian kementeriannya yang telah sukses menciptakan program program pembangunan berkelanjutan seperti adanya Program Guru SM-3T berkelanjutan yang telah mengabdikan hidup dan matinya untuk membangun daerah tertinggal dan perbatasan, Begitu juga dengan Program Guru Garis Depan yang SDMnya telah disertifikasi sesuai bidangnya, Program Tenaga Kesehatan, Pariwisata dan ekonomi serta perumahan rakyat lainnya.

Mari kita pantau kebijakan pemerintah daerah sehingga program program yang ada tidak menjadi sia sia dan menambah pekerjaan rumah yang mengakibatkan over dosis tenaga profesional serta penumpukan yang mubazir jika singkronisasi penyerapan tenaga profesional tersebut tidak diperhatikan oleh pemerintah daerah dalam hal ini Bupati, Dinas Pendidikannya serta dinas terkait terutama yang berstatus 3T, Perlu juga kita sepahami bahwa dalam menciptakan program sumber daya manusia yang profesional itu tidaklah sedikit memakai anggaran dan waktu, harapannya kedepan para pemangku kepentingan dapat memperhatikan dan mendata putra putra terbaik daerahnya untuk dipanggil bersama sama berbenah menyelesaikan pekerjaan rumah kabupaten masing masing sehingga status tertinggal dapat dicabut sesegera mungkin dan mengurangi kegelisahan yang mendalam bagi kita tentang ketertinggalan atau yang ditinggalkan.

Penulis adalah Kepala Bidang Pendidikan Keluarga Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

- Advertisement -

Berita Terkini