Hari Pers Nasional 2017, Media Harus Semakin Objektif

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Laporan: Dhabit Barkah Siregar

MUDANews.com, Medan (Sumut) – Dalam memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2017, Dewan Harian Daerah (DHD) angkatan 45, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara (Sumut) dan organisasi-organisasi pers lainnya menggelar pertunjukan museum di Gedung Juang 45.

Untuk itu, Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) melalui Sekretaris Daerah (Sekda), Hasban Ritonga mengucapkan apresiasi dan selamat atas pencapaian insan pers. Terlebih lagi, pencapaian pers di masa-masa kemerdekaan Indonesia.

Saat dikonfirmasi, Hasban mengatakan, pihaknya menyambut baik atas peringatan HPN 2017. Meski tahun ini perayaan HPN tidak diselenggarakan Sumut, melainkan di Ambon, pihaknya tetap bersikukuh terhadap perjuangan pers yang telah berkontribusi dalam kemerdekaan melalui pemberitaan.

“Ya kita menyambut baik dan berapresiasi kepada pers yang berulang tahun hari ini, di Ambon secara nasional. Atas nama Pemerintah Sumatera Utara, memberikan apresiasi dan mengucapkan selamat. Khususnya terhadap pers yang pernah berjuang membantu memerdekakan Indonesia. Saya baru mendapat informasi, ternyata pers yang pertama kali menggunakan kata-kata merdeka, itu ada di Sumatera Utara,” ujar Hasban di Gedung lama Pemprovsu, Jalan Diponegoro, Kecamatan Medan Petisah, Kamis (9/2) sore.

Tak hanya itu, Akademisi Sosial Politik, Drs Shohibul Anshor MSi pun turut mengapresiasi. Dirinya mengatakan, pada perayaan puncak HPN di Nusa Tenggara Barat (NTB) 2015 lalu, merupakan perayaan hari pers yang patut dikenang. Sebab, dalam perayaan yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo, Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi memberikan sambutan yang cukup menarik.

“Pada tahun 2015 puncak hari pers nasional kalau tak salah diselenggarakan di NTB. Hal yang sangat menarik dan rasanya belum pernah terjadi di Indonesia, sewaktu Gubernur memberi sambutan, ia sekaligus membuat anekdot yang sangat baik,” kata Shohibul.

Dalam sambutannya, Majdi mengatakan, suatu ketika di Mesir orang sama sekali tak percaya pemberitaan media massa, kecuali yang dimuat pada halaman 10. Berita pada halaman 10 itu adalah khusus mengenai ‘berita duka cita’. Namun, kata Gubernur NTB dalam sambutannya, setelah rezim berganti, orang tak lagi bisa mempercayai berita media. Karena halaman 10 yang memuat berita duka cita pun sudah tak jujur dan tak objektif. Yang saya ceritakan itu di Mesir pada beberapa dekade lalu Pak Presiden, kata Gubernur. Di Indonesia, tidaklah seperti itu kata Gubernur sambil menyebut nama-nama pemilik media yang hadir. Sayang sekali akhirnya rakyat merasa dikhianati.

Sambutan itu, sambung Shohibul, menjadi kritik bagi pemilik perusahaan pers dan juga para awak media, agar kedepannya pers semakin objektif dalam memberitakan.

“Kritik Gubernur NTB itu terasa sekali makin diperlukan sekarang. Media bermain-main framing demi menjaga kepentingan,” kata Shohibul menirukan ucapan Majdi.[jo]

- Advertisement -

Berita Terkini