Islam Nusantara?

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Harmaini El-Harmawan

MUDANews.com – Agak banyak yang kurang setuju dengan terminologi “Islam Nusantara.” Bagi mereka, Islam adalah Islam, di negara manapun sama, bertuhankan Allah SWT, bernabikan Muhammad SAW, berkitabkan Alqur’anul Karim, dan lain-lain. Indonesia, Malaysia, Jepang, Jerman, dll adalah negara. Aku sepakat itu, bahkan ada terminologi lain yang jauh lebih sempurna; Islam sebenar, the real Islam, untuk itu.

Namun, kalau kita sepakat adanya studi/kajian Islam, maka ragam pendekatan, termasuk pendekatan kultural/budaya, menjadi hal yang tidak terhindarkan. Hematku, terminologi Islam Nusantara merupakan turunan dari pendekatan kultural ini.

Begini saja, coba lihat ummat Islam negeri ini, semua tahu Rasulullah lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal (Tahun Gajah), Isra’ Mi’raj pada tanggal 27 Rajab 02 H, turunnya Alqur’an/Wahyu perdana pada tanggal 17 Ramadhan, dll.

Semuanya Penanggalan Hijriyah bukan? Ada yang tahu tanggal dan bulan Masehinya? Tidak ada yang tahu bahkan jarang yang mempersoalkannya bukan?

Sementara, negeri ini, hingga kini, adalah nusantara yang menganut Penanggalan Masehi sebagai penanggalan resmi negara.

Bukankah Penanggalan Hijriyah itu sangat erat kaitannya dengan amal ibadah ummat Islam?

1 Ramadhan pertanda masuknya awal puasa wajib, 1 Syawal pertanda masuknya Idul Fitri, 9 Zulhijjah pertanda wukuf di Arafah, 10 Zulhijjah pertanda Idul Adha, dll. Semuanya Penanggalan Hijriyah bukan?

Ini hal yang tidak dapat dinafikan. Islam Nusantara itu Islam yang sejarah, budaya, bahkan ibadahnya berlandaskan tahun hijriyyah, namun negerinya masih menganut penanggalan Masehi. Realistis bukan??

Kita harus sadar diri, kitalah bangsa yang selalu galau ketika berhadapan dengan 25 Desember, apalagi menjelang 1 Januari. Acapkali terangsang untuk emosional dan terjebak dalam ruang haram mengharamkan, sementara jama’ah dan ummat tidak justeru digiring untuk lebih fokus pada penetapan Penanggalan Hijriyah sebagai penanggalan resmi nasional.

Apa kita tunggu dulu selesai Pilkada DKI yang menghebohkan itu? Lantas kemudian, persatuan dan kesatuan ummat dengan kekuatan spirit 212 kemarin diajak berunding untuk secara bersama-sama memperjuangkan Penanggalan Hijriyah sebagai bentuk perwujudan dan penguatan Islam Kaffah??? Semua terserah kita dan semoga para pemimpin ummat peduli akan hal ini.

Amin ya Rabbana.

Penulis adalah pegiat sosial dan Penasihat ICMI Muda Sumut

- Advertisement -

Berita Terkini