Lihat Banyaknya Gelondongan Kayu,Tim Kementerian Pastikan Penyebab Banjir Bandang Sidimpuan

Lihat Banyaknya Gelondongan Kayu,Tim Kementerian Pastikan Penyebab Banjir Bandang Sidimpuan
Kondisi bantaran sungai pasca banjir bandang menerjang Kota Padang Sidempuan.

Laporan : Indra

MUDANews.com, Tapanuli Selatan (Sumut) – Tim dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PERA), memastikan penyebab banjir bandang di Kota Padangsidimpuan akibat maraknya perambahan dan pembukaan kawasan hutan di hulu Sungai Batang Ayumi.

PPK Operasi Pemeliharaan Sumber Daya Air III, Balai Wilayah Sumut III (BWS Medan II), Kementerian PU-PERA, Sinema Talang Banua mengatakan, penyebab terjadinya banjir bandang di Kota Padangsidimpuan karena maraknya perambahan hutan dan pembukaan kawasan di Sungai Sibual-Buali dan Lubuk Raya. Kedua sungai tersebut bermuara ke Sungai Batang Ayumi. Dijelaskannya, khusus di Sungai Sibual-Buali, ribuan kubit gelondongan kayu ditemukan disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). Glundungan kayu tersebut ada yang baru ditebang dan sudah lama ditebang.

“Ketika kami survey langsung ke Sungai Sibual-Buali, banyak glundungan kayu ditemukan, baik baru maupun yang sudah lama ditebang”pungkasnya kepada wartawan saat ditemui dilokasi, Minggu (3/4/2017).

Ironisnya, ketika tim sedang melakukan penyisiran, masih ditemukan oknum-oknum yang sedang melakukan kegiatan pengolahan kayu. Menurutnya, tentu kondisi tersebut menjadi acuan untuk menyimpulkan penyebab terjadinya banjir bandang di Kota Salak itu. Selain kayu bulat, tim dari PU-PERA juga menjumpai batu dengan ukuran besar.

Kondisi tersebut menandai bahwa, debit air ketika terjadinya banjir yang berasal dari Sungai Subual-Buali sangat besar, sehingga bisa menyeret batu dengan diameter yang cukup besar. Selain itu, pihaknya juga melakukan peninjauan ke Sungai Lubuk Raya. Meski tidak sebanyak yang ditemukan di Sungai Sibual-Buali, namun, glundungan kayu juga ditemukan hampir disepanjang DAS Sungai Lubum Raya.”Memang ada ditemukan potongan kayu, tapi tidak banyak,”ujarnya.

Dijelaskannya, khusus di Sungai Lubuk Raya, hasil pantauan dari udara, banyak ditemukan pembukaan kawasan hutan. Menurutnya, jumlah kawasan yang dibuka itu dalam jumlah yang besar. Dia mengatakan, pembukaan itu tentunya akan berpengaruh terhadap daya serap air, sehingga apabila hujan turun maka air akan langsung turun akibat alih fungsi lahan yang memiliki daya serap terhadap air. Dia mengatakan, pembukaan kawasan tersebut tanpa mengganti dengan pohon penyerap air.

“Bahkan, pada pantauan udara tersebut, alih-fungsi lahan diperuntukkan untuk pembangunan kawasan kafe dan restoran dan tempat wisata lainnya,”ungkapnya.

Dia berharap kepada pemerintah daerah agar lebih memperhatikan lingkungannya, karena banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari lingkungan itu, apabila lingkungan sudah rusak, maka akan berdampak terhadap kelangsungan hidup manusia yang ada di sekitarnya.[rd]