Hujan Asam dan Pencegahannya

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Abd. Rahman M

MUDANews.com – Proses terjadinya hujan merupakan gejala ilmiah, di Indonesia ada dua musim yang menjadi siklus setiap tahunnya yaitu musim kemarau dan musim hujan. Hal tersebut dikarenakan Indonesia terletak di zona tropis yang terhubung dengan garis khatulistiwa. Meskipun Indonesia dijumpai dengan musim kemarau dan hujan, pengaruh perubahan iklim menjadikan Indonesia terkena dampaknya yang mana pada saat musim kemarau curah hujan bisa tinggi dan sebaliknya. Prakiraan cuaca pun sulit diterka-terka.

Hujan membuat tanah menjadi gembur dan subur untuk ditanami tanaman. Negara agraris seperti Indonesia sangat cocok sekali ditanami tanaman yang memiliki dua musim kemarau dan hujan. Air hujan yang diserap tanah menjadi cadangan air sangat dibutuhkan bagi tanaman, hewan dan juga manusia. Namun curah hujan yang tinggi bisa menimbulkan malapetaka seperti banjir yang disertai sungai meluap, longsor, hujan asam dan lain sebagainya. Malapateka tersebut disebabkan oleh manusia karena tidak bisa menjaga alam dengan baik.  Hujan asam secara alami terjadi karena adanya semburan gunung berapi dan sekarang adanya hujan asam lebih banyak terjadi akibat aktivitas manusia yang menyebabkan polusi udara seperti sisa gas buang kendaraan dan gas buang pabrik-pabrik industry

Dikatakan hujan asam bila tingkat keasaman atau pH (potensi Hidrogen) di bawah 6 atau sekitar 5,6. Nah, angka pH atau keasaman di bawah 6 inilah menjadi abnormal karena pH normal adalah 7. Air hujan yang turun ke bumi menjadi tidak normal karena tercampur dengan senyawa-senyawa tertentu yang larut oleh air hujan sehingga menyebabkan nilai keasaman meningkat dan dikatakan menjadi hujan asam. Pada dasarnya hujan asam disebabkan oleh dua polutan udara yakni sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Semakin besar tingkat keasaman air hujan akan menyebabkan masalah bagi lingkungan di antaranya meningkatkan konsentrasi logam-logam pada daerah yang mengalami hujan asam.

Sungai atau perairan yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi, maka akan berat bagi makhluk yang hidup di sungai tersebut untuk bertahan hidup. Adanya hujan asam menyebabkan meningkatnya konsentrasi logam-logam tertentu seperti meningkatnya konsentrasi aluminium dan konsentrasi magnesium di lingkungan sungai atau perairan yang membuat pH menjadi rendah dan mengakibatkan banyaknya hewan-hewan air yang mati dikarenakan ketidakmampuan hewan-hewan air tersebut untuk beradaptasi pada lingkungannya yang asam. Secara umum dengan adanya hujan asam, maka akan berakibat fatal dengan berkurangnya keragaman hayati pada suatu ekosistem yang pada akhirnya menimbulkan masalah baru yaitu terganggunya rantai makanan dan keseimbangan alam.

Air yang kadar pH-nya rendah dan terserap tanah dapat melarutkan berbagai macam nutrient (hara) dan mineral yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan. Nutrient dan mineral akan terbawa jatuh ke dalam sebelum tumbuhan dapat dijangkau dan diambil sebagai makanannya. Kemudian air yang bersifat asam akibat dari hujan asam dapat juga menyebabkan meningkatnya kandungan toksik seperti aluminium dalam tanah. Banyak tumbuh-tumbuhan yang daunnya berwarna cokelat dan kemudian mati akibat dari ketidakmampuannya bertahan dari hujan asam. Bagunan dan gedung-gedung tidak luput dari dampak hujan asam seperti rusaknya cat bangunan, terjadinya percepatan korosi bangunan dan logam-logam material bangunan. Pernafasan manusia pun dapat terganggu dengan hujan asam yang kadar keasamannya tinggi.

Pencegahan hujan asam yang menjadi semakin meningkat dewasa ini dapat ditindaklanjuti dengan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Beralih menggunakan angkutan umum adalah solusi yang tepat untuk saat ini karena banyaknya kendaraan pribadi selain menyebabkan polusi udara yang turut serta menyumbang pembentukan hujan asam juga menyebabkan kemacetan. Energi alternatif yang ramah lingkungan sebagai pengganti bahan bakar minyak seperti gas, tenaga surya, angin, dan lain sebagainya perlu digalakkan.

Kandungan belerang sebelum pembakaran dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi tertentu. Minyak bumi dan batubara merupakan bahan bakar dengan kandungan belerang yang sangat tinggi. Kandungan belerang pada batubara bisa dikurangi. Seperti pada proses produksinya batubara dicuci untuk membersihkan batubara dari pasir, tanah, kotoran, dan mengurangi kadar belerang berupa pirit. Teknologi dalam mengurangi sulfur dioksida dan nitrogen oksida yaitu lime injection in multiple burners (LIMB) mampu untuk mencegah dan mengurangi hujan asam. Teknologi LIMB mampu membuat emisi sulfur dioksida berkurang hingga 80% dan nitrogen oksida berkurang hingga 50%. Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus.

Mengaplikasikan prinsip 3R  penting dilaksanakan saat hendak memproduksi suatu barang. Di mana produk yang dihasilkan harus dapat digunakan kembali atau minimal mampu untuk didaur ulang kembali sehingga jumlah limbah sampah bisa dikurangi. Teknologi yang berpotensi menghasilkan emisi yang tinggi hendaknya dikurangi dan digantikan dengan teknologi ramah lingkungan.[jo]

Penulis adalah Alumnus Universitas Negeri Medan (Unimed)

- Advertisement -

Berita Terkini