Rendahnya Kesadaran Hemat Kertas di Kampus

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Abd. Rahman M

MUDANews.com – Di kampus-kampus yang merupakan tempat berkumpulnya kaum intelektual sebagai pondasi membangun negara di kemudian hari, sangat bergantung sekali dengan penggunaan kertas. Penulis merasakan sendiri saat di bangku perkuliahan dan terlebih saat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan. Kertas-kertas banyak terbuang sia-sia. Kesadaran hemat kertas di dunia kampus sejatinya bukan hanya tanggung jawab segelintir orang (mahasiswa). Para pengajar dan pemilik kebijakan di kampus belum tanggap dan sadar akan pentingnya penghematan kertas. Hal tersebut dapat dibuktikan dari banyaknya kertas-kertas yang terbuang sia-sia.

Sebagai contoh sederhananya, bila hendak mengajukan judul tugas akhir, mengajukan proposal, dan mengerjakan tugas-tugas lainnya diperlukan kertas yang tidak sedikit. Bila ada salah penggunaan ejaan, tanda titik, maupun koma langsung dicoret (di buang ke tong sampah). Sangat mubajir bukan? Sejatinya setiap lembar kertas yang kita gunakan merupakan hasil penebangan kayu produktif.

Kayu-kayu tersebut biasanya berusia lima hingga sepuluh tahun. Sumber utama penghasil kayu sampai saat ini masih tetap hutan. Penebangan hutan selain untuk dijadikan kawasan industri, pemukiman, juga untuk dijual kayunya sebagai alat bangunan serta mengolahnya menjadi kertas yang mana sekitar 42% pabrik kayu yang ada di Indonesia bekerja dalam pengolahan kayu menjadi kertas. Kondisi hutan yang semakin kritis terutama wilayah Kalimantan dan Sumatera yang sudah dalam peringatan rusak parah diperparah lagi dengan rendahnya kesadaran hemat kertas di kampus-kampus.

Kita selalu berteriak dengan lantang tentang biadabnya para perambah hutan dan pembakar hutan yang tak kenal ampun mengkandaskan hutan-hutan yang ada di Indonesia, sedangkan kita sebagai kaum intelektual juga masih belum paham dan sadar memperlakukan kertas di sekitar kehidupan kita. Hutan adalah paru-paru kehidupan yang menjadikan kehidupan di bumi menjadi seimbang. Bencana yang terjadi seperti angin topan, banjir, kekeringan, perubahan iklim, dan lain sebagainya adalah momok yang akan terus melanda kehidupan manusia bila hutan rusak.

Jika kita tidak segera memperbaiki pola konsumsi kertas sejak saat ini dan juga pemilik kebijakan kampus belum juga mau berbenah untuk memikirkan tidak sembarangan membuang-buang kertas akan menjadikan kita selalu bergantung pada penggunaan kertas yang sangat berlebihan. Jika sebuah organisasi terdiri dari 100 orang dapat menghemat 3 lembar kertas setiap hari. Dalam setahun ada 156 batang pohon kayu yang dapat diselamatkan.

Tenaga pengajar diharapkan juga untuk tidak kaku dalam menerapkan kebijakan. Misalnya kalau ada tugas-tugas kampus bisa sedikit demi sedikit beralih menggunakan e-mail. Maka tenaga pengajar dituntut untuk melek teknologi dan tanggap terhadap kerusakan hutan yang semakin parah. Jangan bisanya mengeluh bila suhu bumi semakin panas tetapi tidak ada sumbangsihnya terhadap lingkungan (bumi).

Penulis melihat dan merasakan sendiri betapa kurang sadarnya kaum intelektual dan tenga pengajar dalam menggunakan kertas. Intelektual muda jangan malu menggunakan kertas bekas, misalnya untuk dokumentasi yang tidak terlalu penting bisa menggunakan dua sisi (timbal-balik) kertas. Jangan buru-buru langsung membuang kertas Anda.

Hutan memiliki banyak fungsi bagi kehidupan. Fungsi ekonomi, fungsi ekologis, fungsi klimatologis, dan fungsi hidrolis. Kebanyakan digunakan saat ini hanyalah fungsi ekonomi. Fungsi ekologis di mana hutan menjadi subjek yang menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, mencegah banjir, dan mepertahankan keanekaragaman hayati semakin dilupakan padahal fungsi ekologis memiliki peranan yang sangat vital dalam keberlangsungan kehidupan manusia di planet bumi dengan aman dan nyaman jauh dari bencana.

Perubahan iklim dan menumpuknya zat-zat penyebab pemanasan global merupakan salah satu akibat dari fungsi klimatologis hutan yang tidak diperhatikan. Kekeringan yang akhir-akhir ini sering melanda dan menyebabkan gagal panen dan keringnya sawah-sawah karena hutan sebagai pengatur hidrolis sudah tidak berfungsi lagi. fungsi-fungsi hutan yang sudah tidak seimbang memberikan ancaman-ancaman nyata.

Kaum intelektual dan akademisi kampus siapapun itu juga, sudah saatnya memperlakukan kertas dengan bijak bukan anggap remeh. Mari kita revisi kembali hal ihwal menggunakan kertas jangan sekali pakai buang. Tugas-tugas yang perlu kiranya menggunakan kertas sebaiknya dipikir ulang apakah bila ada kesalahan tanda baca, ejaan, dan lain sebagainya langsung diakhiri di tong sampah? Maka sudah saatnya kita beralih sedikit demi sedikit menggunakan e-mail secara melek.

Penulis adalah Alumnus Unimed

- Advertisement -

Berita Terkini