Vapor Jadi Pilihan Pengganti Rokok, Menakar Dampak Bagi Kesehatan (Bagian II)

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Alda Muhsi

MUDANews.com – Mengenai bahaya vapor, WHO dan BPOM telah menerbitkan hasil penelitiannya. Seperti yang dikatakan Dr. Devika dalam webnya http://www.alodokter.com/komunitas/topic/apakah-bahaya-menghisap-vape-atau-rokok-eletronik, “Anda harus tetap hati-hati dengan rokok elektrik karena status keamanannya masih belum diketahui. Menurut WHO, uap rokok elektrik mengandung zat kimia berbahaya yang dapat menimbulkan polusi udara. Menurut BPOM, rokok elektrik mengandung nikotin cair dan bahan pelarut propilen glikol, dieter glikol, dan gliserin. Jika semua bahan itu dipanaskan akan menghasilkan senyawa nitrosamine yang dapat menyebabkan kanker.”

Sejalan dengan bahayanya bagi kesehatan, bahaya lain yang dikhawatirkan adalah kualitas bahan dari vapor itu sendiri. Karena pada awal tahun 2016 di Bali terdengar kabar perihal vapor meledak. Seperti dikutip dari http://bali.tribunnews.com/2016/04/17/rokok-elektrik-mudah-meledak-jika-kondisinya-seperti-ini, tertanggal 17 April 2016, “Meski rawan meledak dan telah menyebabkan beberapa korban, termasuk di Bali, para penikmat rokok elektrik atau vape tak terpengaruh. Vaper di Bali tetap menjadikan vape sebagai pilihan.”

Dari berita di atas timbul pertanyaan apakah fungsi utama diciptakannya vapor itu memang untuk mengganti peran rokok konvensional dan bersifat sementara sehingga lambat laun orang-orang akan berhenti merokok dan berhenti menggunakannya? Atau malah vapor itu sendiri diciptakan sebagai sebuah gaya hidup baru di era modern ini?

Kedatangan vapor mungkin bisa dikatakan berhasil menghentikan kebiasaan merokok sebagian orang. Namun setelah berhenti merokok tapi tetap berlanjut menghisap vapor apa bedanya? Itu sama saja hanya mengganti kebiasaan buruk satu ke kebiasaan buruk dua, yang lebih baru. Bukankah kita mesti menghilangkan kebiasaan buruk itu? Menggantinya menjadi kebiasaan baik. Tapi mengapa malah mengalihkan ke kebiasaan buruk lagi? Seolah-olah kebiasaan buruk itu menjadi estafet, ketika yang lama sudah habis masanya maka muncul regenerasi, muncul kebiasaan buruk yang baru menggantikan.

Belum lagi jika ditilik dari segi pencemaran lingkungan, baik rokok maupun vapor sama-sama menyebabkan polusi. Bahkan asap yang ditimbulkan oleh vapor jauh lebih banyak daripada asap yang ditimbulkan oleh rokok biasa. Bukankah ini tanda bahwa vapor bukan solusi yang tepat untuk menjadikan lingkungan kita bebas asap. Walaupun asap vapor memiliki aroma yang terkesan harum tapi tetap saja menambah polusi. Jadi jelas bisa disimpulkan dari segi dampaknya terhadap lingkungan baik vapor maupun rokok sama-sama tidak baik. Yang lebih baik adalah tinggalkan keduanya.

Penulis hanya menyarankan kalau memang mempunyai niat untuk berhenti merokok sebaiknya berhenti langsung. Jangan ada embel-embel menggunakan proses ini-itu sehingga akan menambah kebiasaan baru. Bahaya vapor seperti yang dikemukakan WHO dan BPOM tadi semoga dengan segera menyadarkan para perokok. Penulis rasa kita semua sepakat dan sepaham bahwa setiap benda, apa lagi yang melibatkan proses pembakaran, dan pengasapan ketika terhirup hidung dan paru-paru bisa mengganggu fungsi organ tersebut. Jadi bijaksanalah dan berhentilah menyebar asap sekarang juga.

- Advertisement -

Berita Terkini