Cerita Tentang Indahnya Kota Medan Masa Lampau, Bandingkan dengan Sekarang!

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANews.com, Medan (Sumut) – Kota Medan, Sumatera Utara, saat ini telah berpenduduk 2 juta lebih jiwa, tepatnya 2.122.804 jiwa jika merunut pada data tahun 2012 Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, daerah terpadat nomor 1 di Provinsi Sumatera Utara serta kota terpadat nomor 3 di Indonesia.

Berpenduduk lebih dari 2 juta jiwa, menjadikan Kota Medan dipenuhi segudang permasalahan, mulai dari masalah ekonomi, sosial, politik, hingga infrastruktur. Kali ini, MUDANews.com akan mencoba membandingkan Kota Medan zaman dahulu tepatnya zaman pemerintahan kolonial Belanda dan Kota Medan saat ini dilihat dari sisi infrastruktur atau tata kota.

Ketika menjumpai salah seorang akademisi Sumatera Utara yang sehari-harinya mengajarkan bidang arkeolog dan lingkungan kepada mahasiswa FISIP USU, Drs. Yance, M.Si, MUDANews.com diberi informasi, bahwa betapa indahnya tata ruang yang ada di Kota Medan pada masa pemerintahan kolonial. Kota Medan bahkan dirancang menjadi kota yang seindah dan secanggih kota di Eropa sana, di bawah kendali Gemeente Medan.

“Zaman Belanda itu, Medan ini wilayah yang mutlak dikendalikan pemerintah kolonial Belanda, yaitu Gemeente Medan pada tahun 1909. Itu wilayahnya terbatas, umumnya berada di dua aliran Sungai Deli dan Babura. Ada juga yang sedikit di luar, yaitu pemukiman cina dan di sekitar stasiun kereta api itu. Rumah di desain luas, besar, dan rapi, memiliki saluran drainase besar, jaringan listrik, telepon, hingga gas,” katanya.

Dengan segala infrastruktur yang disebutkannya di atas, Yance menekankan bahwa Kota Medan sudah menjadi sebuah kota yang modern pada masa kolonial.

“Jadi memang segala fasilitas peradaban sebuah kota yang modern sudah dimiliki medan. di luar itu grand keseultanan tidak tertata rapi,” ujarnya.

Yance menjelaskan, daerah Gemeente ini diawasi ketat perkembangannya, hingga jika dibandingkan dengan daerah di luar Gemeente, akan terlihat sangat kontras perbedaanya.

Bayangkan tentang keindahan Eropa, kota Medan saat ini harusnya bisa seindah itu jika konsep Gemeente terus dipertahankan dan dikembangkan menuju yang lebih baik.

“Kota Medan didesain seperti kota di eropa, dilengkapi fasilitas umum, seperti taman-taman indah untuk publik, rumah sakit dan sekolah yang tertata rapi, dan sebagainya,” jelas Yance.

Lalu, sejak kapan Kota Medan yang dirancang seindah Eropa mulai berubah menuju keadaan seperti sekarang ini?

Pada saat Soeharto memimpin Indonesia, ekonomi sempat membaik. Saat itu pula lah kawasan Gemeente mulai berubah menjadi wilayah bisnis atau komersil.

“Saat rezim soeharto, ekonomi membaik, kawasan Gemeente dikembangkan jadi wilayah komersil, seperti perkantoran, hotel, hingga mall,” sebutnya.

“Jadi memang perubahan itu tidak dikendalikan oleh pemegang kekuasaan, bahkan cenderung dibiarkan,” lanjutnya.

Bahkan, rancang tata kota seperti Gemeente itu sempat dikembangkan, tepatnya berada di wilayah yang sekarang kita kenal dengan Medan Baru.

“Tahun 50-an dikembangkan wilayah baru Kota Medan, kita kenal dengan Medan Baru. Ingin dibuat seperti Gemeente, namun hasil tidak sebaik itu. Itupun beberapa puluh tahun kemudian berubah juga menjadi kawasan bisnis,” terang Yance.

Atas kondisi ini, Yance menyayangkan aspek legal tata kota yang cenderung diabaikan oleh pemerintah di masa republik. Tata kota menurutnya menjadi sangat berantakan dan menghilangkan predikat Medan sebagai kota yang seindah Eropa.

“Pada masa republik, aspek legal atau peraturan lebih diabaikan untuk tata kota,” demikian Yance.[am]

- Advertisement -

Berita Terkini