Apa, Bagaimana dan Untuk Apa Agama?

Breaking News

- Advertisement -
Oleh: Ibnu Arsib Ritonga
MUDANews.com – Pada kondisi saat ini, banyak sekali orang yang mengaku bahwa dia telah beragama, meyakini salah atu agama yang ada. Akan tetapi, mayoritas dari yang beragama tersebut, tidak paham terkait agamanya. Seperti yang dikatakan Ahmad Wahib dalam catatan hariannya, kira-kira seperti ini, “banyak yang Islam, tapi sedikit yang betul-betul Islam”. (Lihat Catatan Harian Ahmad Wahib dengan judul Pergolakan Pemikiran Islam). Jikalau kita pakai istilah di tengah-tengah masyarakat sering kita dengar “islam KTP”.
Dalam akidah Islam dikenal istilah Ushuluddin (prinsip-prinsip agama). Secara garis besarnya, kita bertanya, apakah din (agama) itu? Bagaimana atau kapankah agama itu lahir? Dan untuk apakah agama itu untuk diyakini, adakah manfaatnya? Nah, inilah menjadi kajian kita dalam tulisan sederhana ini.
Definisi Din (Agama)
Terkait hal ini, Ayatullah Muhammad Taqi Mishbah Yazdi dalam kitabnya, Amuzesye Aqayid (Iman Semesta-terj), menjelaskan bahwa, secara leksikal, kata din berasal dari bahasa Arab yang berarti ketaatan dan balasan. sedangkan secara teknis, din berarti iman kepada pencipta manusia dan alam semesta serta kepada hukum praktis yang sesuai dengan keimanan tersebut. Dari sinilah kata al-ladini (orang yang tak beragama) digunakan pada orang yang tidak percaya kepada wujud pencipta alam secara mutlak, walaupun ia meyakini shudfah (kejadian yang tak bersebab-akibat) di alam ini, atau meyakini bahwa terciptanya alam semesta ini akibat interaksi antarmateri semata. Adapun kata al-mutadayyin (orang-orang yang beragama) secara umum digunakan pada orang yang percaya akan wujud pencipta alam semesta, walaupun kepercayaan, perilaku, dan ibadahnya bercampur dengan berbagai penyimpangan dan khurafat.
Atas dasar inilah, agama yang dianut oleh umat manusia terbagi menjadi dua, yaitu agama yang haq dan agama yang bathil. Agama yang haq merupakan dasar yang meliputi keyakinan-keyakinan yang benar, yang sesuai dengan kenyataan, dan ajaran-ajaran serta hukum-hukumnya dibangun di atas pijakan yang kokoh dan dapat dibuktikan kesahihannya. Sedangkan agama yang bathil adalah agama yang menyimpang, bertolak belakang dengan agama yang haq.
Dari uraian singkat di atas, tampak jelas bahwa istilah din atau agama (bahasa Indonesia, yang diambil dari bahasa Sansekerta yang defenisinya lebih sempit dari kata din – peny) terdiri dari dua unsur pokok; Pertama, akidah atau aqa’id (keyakinan-keyakinan) yang merupakan prinsip agama. Kedua, hukum praktis yang merupakan konsekuensi logis dari prinsip agama tersebut.
Karena itu, tepat sekali apabila bagian akidah ini dinamakan sebagai ushul (prinsip) agama, dan bagian ahkam (hukum-hukum) praktis dinamakan sebagai furu’ (cabang), sebagaimana ulama Islam menggunakan dua istilah tersebut pada bidang akidah dan hukum-hukum Islam.
Asal Agama dan Dasar-Dasarnya
Para ulama, ahli sejarah agama, dan sosiolog berbeda pendapat mengenai awal mula kemunculan agama. Adapun sumber-sumber Islam yang mengatakan bahwa agama tauhid itu lahir seketika kelahiran manusia pertama. Manusia pertama yang lahir (diciptakan) di muka bumi ini adalah nabi Adam as dan penyeru ajaran tauhid (mengesakan Allah). Adapun agama-agama musyrik muncul lantaran penyimpangan, pemaksaan kehendak, dan ambisi buruk yang bersifat invidu maupun kelompok.
Agama tauhid adalah agama-agama samawi yang hakiki dengan tiga prinsip universal, yaitu: Pertama, Iman kepada Allah yang Esa. Kedua, iman kepada kehidupan abadi setiap manusia di akhirat kelak untuk menerima pembalasan amal yang pernah ia lakukan semasa hidupnya di dunia. Ketiga, iman kepada para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah untuk memberi hidayah dan bimbingan kepada seluruh umat manusia demi mencapai puncak kesempurnaan dan kebahagiaan di dunia serta akhirat.
Pada dasarnya, tiga prinsip ini merupakan jawaban yang paling tegas atas persoalan-persoalan fundamental manusia yang berakal. Yaitu, siapakah pencipta alam semesta ini? Bagaimanakah akhir kehidupan ini? Dan apakah cara untuk mengetahui sistem kehidupan yang terbaik? Sistem kehidupan yang dibangun atas dasar wahyu pada hakikatnya adalah ideologi yang bersumber dari pandangan dunia Ilahi.
Prinsip akidah itu mempunyai berbagai konsekuensi dan rincian yang semuanya membentuk sebuah akidah sistem akidah agama. Adanya perbedaan di antara berbagai keyakinan merupakan sebab menculnya berbagai agama dan mazhab. Kita perhatikan bagaimana perbedaan tentang status kenabian sebagian nabi-nabi Ilahi dan tentang penentuan kitab yang orisinal dan utuh menjadi  sebab utama perselisihan di antara Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Penjelasan secara singkat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan agama itu lahir sejak manusia pertama ada, dan itu adalah agama yang turunkan oleh Tuhan yang Esa, wahyu itu pun diturunkan kepada manusia-manusia pilihan (nabi dan rasul Allah) untuk mengatur dan membimbing umat manusia. Sedangkan, kemunculan agama yang lain (selain agama Tauhid) adalah agama yang berangkat dari penyimpangan, sehingga membentuk agama tersendiri, dan yang membentuknya adalah manusia itu sendiri.
Pengaruh dan Manfaat-Manfaat Agama
Keyakinan kepada agama memberikan pengaruh dan maanfaat positif yang sangat luar biasa. Ayatullah Murtadha Muthahhari dalam bukunya yang berjudul Manusia dan Agama. Dia menjelaskan pengaruh yang positif tersebut menjadi tiga bagian, Pertama, dari keyakinan pada agama akan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan dengan menghasilakan sikap optimisme. Kedua, dari kepercayaan keagamaan dipandang dari kemampuannya untuk menciptakan keceriaan dan kebahagiaan dengan menghasilkan pencerahan hati. Ketiga, keyakian keagamaan akan mendatangkan keceriaan dan kebagiaan untuk harapan akan terlaksanakannya perbuatan-perbuatan yang baik sehingga mengakibatkan hal-hal yang positif baginya dan orang banyak.[ rd ]
Penulis adalah seseorang mahasiswa dari kota Medan yang ingin menjadi writer
- Advertisement -

Berita Terkini