Media Sosialmu Harimaumu!

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Abd. Rahman M

MUDANews.com – Media sosial menjadi fenomena yang sangat mentereng di era modern, tidak tanggung-tanggung pengguna media sosial mencakup berbagai kelas sosial. Mulai dari pejabat publik, orang kantoran, petani, akademisi, dan pelajar. Cukup dengan bermodalkan smartphone, kuota data internet, danĀ  jaringan internet sudah bisa mengakses media sosial baik itu facebook, twitter, instagram, dan media sosial lainnya.

Umumnya masyarakat kita lebih menggandrungi media sosial seperti facebook sebagai sarana untuk Ā berinteraksi. Hal ini disebabkan karena tampilan pada facebook cukup sederhana (familiar) sehingga mudah digunakan dibandingkan media sosial lainnya yang menuntut kejelian memahami simbol atau tanda-tanda yang dipergunakan di media sosial tersebut. Selain itu, jumlah karakter yang bisa diposting pada facebook tidak ada batasannya sehingga membuat orang dengan mudah dan nyaman melampiaskan segala yang hendak diposting tanpa takut terpotong-potong karena jumlah karakter postingan yang dibatasi.

Penggunaan media sosial di era sekarang sudah jauh menyimpang dibanding beberapa tahun silam, di mana media sosial sebelumnya hanya digunakan untuk berinteraksi antara teman, menambah teman, dan silaturrahmi. Kini media sosial telah jauh menyimpang karena dijadikan sarana membuat ujaran kebencian, perang argumen yang berujung perselisihan, menjelek-jelekkan, dan sebagai sarana pelampiasan amarah.

Mulutmu adalah harimaumu adalah ungkapan yang biasa kita dengar turun-temurun. Kini dengan perkembangan teknologi media sosial jauh lebih berbahaya dari mulut konvensional. Akun media sosial kita adalah harimau kita, sepertinya layak disematkan di zaman sekarang yang serba modern. Penyalahgunaan dalam menggunakan media sosial bisa membuat kekacauan dan kegaduhan karena dengan mudahnya memposting dan menyebarluaskan informasi-informasi yang diragukan kebenarannya, bisa membuat malapetaka di waktu yang akan datang.

Kedewasaan para pemilik akun media sosial sangat diperlukan dalam mengelola informasi dan memposting tulisan. Bayangkan saja postingan yang Anda buat akan dilihat oleh orang yang terhubung di media sosial Anda, belum lagi jika postingan Anda dibagikan pada akun media sosial teman Anda tersebut. Maka cukup cepat postingan tersebut diketahui dan dibaca orang lain. Kalau informasi maupun ucapaan yang diposting bermanfaat tentu tidak masalah, malah menjadi amal bagi Anda. Tetapi, bila informasi yang disebar sama sekali tidak bermanfaat dalam hal kebaikan, lebih baik dipertimbangkan kembali sebelum mempostingnya.

Budaya kita menganut budaya timur, mengedepankan aspek budi yang luhur telah banyak dilupkan dengan pesatnya kemajuan teknologi. Etika dan tata krama sudah jarang tampak terlihat di kalangan pengguna media sosial. Bebasnya berekspresi dan melampiaskan segala hal yang ada dipikiran membuat salah kaprah dan kebablasan dalam menggunakan media sosial. Kini bukan lagi mulut kita yang menjadi harimau kita, tetapi media sosial telah menjelma menjadi harimau yang siap memangsa pemiliknya (tuannya).

Pengguna media sosial harus cerdas dalam mengelola informasi, jangan sampai informasi yang tidak akurat menjadi bumerang ketika pengguna media sosial langsung memosting informasi di akun medianya. Terlebih media sosial sebaiknya jangan dijadikan sumber rujukan untuk mengetahui informasi atau berita karena media sosial bukan media massa. Siapapun bisa mengunggah tulisan dan gambar ketika sedang berselancar di media sosial. Maka tidak layak menjadikan media sosial sebagai sumber informasi karena keakuratan informasi tidak ada yang bisa menjaminnya.

Waspadai perpecahan

Media sosial dengan segala kemudahannya, membuat para penggunanya menjadi terlena dan serba dimanjakan. Sehingga banyak terjadi penyimpangan berupa postingan cabul, komentar bernada sara, hujatan dan ujaran kebencian. Jika kita membuka akun media sosial sangat banyak terlihat ujaran-ujaran kebencian dan postingan-postingan yang tidak layak perlihatkan. Terlihat dengan jelas sekali, bahwa pengguna media sosial seolah-olah menjadi latah menggurui dan menghakimi suatu informasi yang diperoleh tanpa adanya kroscek terlebih dahulu.

Hal inilah yang membuat media sosial menjadi lahan empuk bagi orang-orang yang hendak memecah-belah bangsa dengan mudahnya kita percaya pada suatu informasi dengan cepat memberikan respon (tanggapan) bernada ujaran kebencian di antara kita. Negara Indonesia tidak akan pernah tercipta bila para pejuang-pejuang hanya mementingkan kelompok tertentu. Para pejuang bersatu-padu memperjuangkan kemerdekaan ini karena adanya kemauan dan niat bersama untuk bersatu dari Sabang sampai Merauke.

Kemajuan teknologi membuat segala hal menjadi mudah dan cepat, jangan sampai membuat kita terlena dan tertidur pulas membiarkan para pemecah-belah bangsa masuk ke sendi-sendi kehidupan bernegara kita. Sudah saatnya kita kembali memanfaatkan media sosial sebagai sarana berinteraksi, menambah teman, dan bersilaturrahmi. Bukan malah menjadikan ajang pelampiasan sumpah-serapah, hujatan, menebar kebencian, dan menambah musuh.

Jangan sampai cita-cita leluhur yang hendak menjadikan bangsa ini kuat dan aman menjadi bangsa yang terpecah-belah dan terkotak-kotak. Mulutmu adalah harimaumu, kini telah menjelma media sosialmu harimaumu. Jika tidak cermat menggunakan media sosial yang cenderung menjadi ancaman terhadap NKRI maupun kemaslahatan orang banyak dengan ujaran-ujaran bernada kebencian, maka mau tidak mau, siap tidak siap suatu saat akan berurusan dengan pidana. Jadi hati-hatilah menggunakan media sosial seperti hanya kita menjaga mulut, tidak asal berbicara sesuka hati.

Penulis adalah Alumnus Unimed

- Advertisement -

Berita Terkini