Memupuk Kemandirian Anak

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Oleh: Bimadiaz Almi

MUDANews.com – Anak merupakan anugerah terindah yang dititipkan Tuhan untuk dijaga dan dilindungi. Sebagai orangtua, wajib  memenuhi tanggung jawabnya untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Orangtua dan keluarga adalah wadah pertama kali bagi anak mendapatkan banyak ilmu, baik tentang ilmu agama, ilmu umum, bahkan rahasia-rahasia kehidupan yang pernah orangtua alami.

Bagi segelintir anak-anak jaman sekarang, yang terbiasa hidup mewah dan bebas, biasanya hal itu dikarenakan didikan sedari kecil yang tanpa aturan, hanya tinggal meminta disertai rengekan, semuanya bisa didapatkan.

Hal demikian pastinya memunculkan sikap anak yang manja dan tidak akan bisa mandiri. Sikap mandiri harus dimulai sedari kecil dan dibiasakan hingga dewasa tanpa harus melulu bergantung kepada ayah dan ibu.

Beberapa sikap kemandirian yang bisa kita ajarkan sedari dini kepada anak-anak adalah:

1.  Mengembangkan kemampuan berkomunikasi

Saat anak-anak mulai lancar berbicara, pastinya mereka sudah bisa mengemukakan dan memilih mana yang disukainya dan mana yang tidak disukainya. Secara tidak sadar, anak-anak sudah bisa menyerap ilmu bernegosiasi atau tawar menawar kepada orang lain. Orangtua atau orang-orang terdekat sang anak bisa mengarahkannya ke hal yang lebih positif yaitu mulai mengenalkan mengenai keberadaan orang-orang asing yang akan dijumpai sang anak. Intuisi terhadap orang asing akan membentuk sebuah pertahanan diri dari anak, mana orang asing yang bisa dipercaya dan mana yang tidak. Ajarkan bahwa teman-teman itu bisa datang dari berbagai macam daerah dengan ciri khas masing-masing. Ada teman yang cengeng, yang ceria, suka berteman dan membantu. Ada pula teman yang perasa atau sensitif, ada yang suka mengambil barang-barang teman lainnya (klepto), merasa menang sendiri, atau yang suka cari perhatian, dan yang lebih ekstrim adalah teman yang suka mengadu domba dengan orang lain. Bermacam-macam orang akan bisa ditemui.

2. Mengenal keperluan pribadi dan merapikannya

Dimulai dari hal terkecil, orangtua wajib memberitahu tentang area pribadi sang anak, apa yang wajib dikenakan dan mana yang menjadi prioritas dalam penampilannya. Setelah tahu apa kebutuhan pribadinya, tegaskan bahwa anak harus menjaga kelengkapan barang-barang, permainan, dan peralatan miliknya dengan merapikannya. Perhatikan isi kamar anak dan tasnya. Isi kamar anak harus terjaga dan rapi. Biarkan sang anak bertanggung jawab jika mendapati kondisi kamar yang berantakan. Jangan ikut merapikan dan jangan diambil pakaian yang kotor, kecuali sang anak meminta bantuan.

3. Mengatur waktu dalam mengerjakan tugas

Membiasakan para anak untuk tidak menunda tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap tugas di sekolah dan di rumah. Anak-anak usia dini pada umumnya malah masih sibuk bermain dan memikirkan kesenangan sendiri. Menyenangkan hati anak bisa berbeda-beda bentuknya, namun orangtua wajib mengingatkan dan tidak turun tangan mengerjakan tugas-tugas itu. Kegiatan lain yang dilakukan di luar rumah, usahakan dikerjakan tepat waktu, ingatkan akan waktu istirahat sang anak sehingga anak tetap bisa konsisten melaksanakan tugas-tugasnya. Berikan apresiasi pada anak atas komitmennya dalam tugas kesehariannya itu.

4. Menandai sesuatu dengan cermat

Berikan rangsangan pada otak anak dalam menandai sesuatu, misalnya barang-barang miliknya, keluarga, dan orang-orang yang disayangi. Selain barang-barang, ajarkan juga pada arah dan tempat, mana tempat yang sering dikunjungi dan tempat asing yang belum pernah didatangi. Hal itu bisa dilakukan dengan pola warna, bentuk, bunyi, rasa, gerakan dan lain-lain. Anak akan belajar beradaptasi dengan semua yang ditemuinya.

5. Menyelesaikan masalah

Biarkan anak mengambil keputusan walaupun itu salah. Anak akan belajar mengambil risiko dengan keputusannya. Orangtua bisa mengarahkan agar terbentuk pola pikir sang anak secara benar, jangan malah memanjakan dengan menyatakan bahwa sang orangtua bisa berbuat apa saja untuk kepuasan sang anak. Hal ini justru bisa menjadi senjata makan tuan bagi orangtua, karena sangat merepotkan. Anak harus  terbiasa untuk menyelesaikan masalah sendiri, kecuali pada hal-hal yang perlu bimbingan dari orangtua. Dengan mengalami bermacam kerumitan kehidupan, akan membuat anak menjadi orang yang kuat dan berkemauan tinggi untuk mengubah nasib diri sendiri dan keluarganya ke arah lebih baik.

6. Mengelola keuangan

Orangtua bukan ATM. Bagi orangtua yang terbilang cukup dan mampu, sering tidak sadar bahwa orangtua turut berperan dalam mendukung untuk kenikmatan hidup konsumtif, memanjakan dengan alasan semata-mata agar anak tidak dianggap remeh oleh orang lain dalam memperoleh sesuatu hingga tidak menyangka begitu banyak uang yang telah dihabiskan kendati kita membelinya dalam kondisi sadar. Bagi anak yang kurang mampu, untuk bisa membeli jajanan saja, mereka harus menahan diri. Mereka bahkan takut untuk meminta kepada orangtua karena orangtua mereka tak punya uang lebih untuk bisa memberikan apa yang anak-anak inginkan. Jika kita sebagai orangtua yang beruntung memiliki kekayaan yang berlimpah, ajarkan kepada anak-anak untuk selalu hidup sederhana, membeli apa yang memang dibutuhkan, dan menghargai apa yang telah dimiliki, karena di luar sana banyak orang-orang kurang beruntung yang menginginkan hidup layak dan sedikit berlebih dalam membeli kebutuhan.

Itulah beberapa modal hidup yang bisa kita pupuk dan kembangkan untuk anak. Selain dituntut dalam hal prestasi akademik, anak-anak juga perlu untuk menggali dan mengembangkan talenta yang mereka miliki. Bantu anak untuk kepercayaan dirinya, hingga ia benar-benar bisa mandiri dan mengerti akan kehidupan, juga mandiri ketika bermasyarakat, karena pasti ada yg baik dan tidak baik di luar sana. Mereka akan beradaptasi dan membaur dengan berbagai karakter manusia. Walaupun hasil akhir bisa berbeda dari yang diharapkan, namun setidaknya anak bisa bertahan untuk tetap berada pada jalur yang benar.

Yang penting kemudian, janganlah menjadi sombong, malah seharusnya akan membuatnya semakin baik dalam tingkah laku. Terus berikan pengertian bahwa selagi masih diberi kesehatan dan kekayaan yang melimpah, berpikirlah secara luas dan ajarkan pada anak penerus kita untuk selalu berbagi pada sesama agar kelak mereka akan menjadi orang yang dermawan dan tahu bersyukur.

Penulis adalah cerpenis dan novelis kisah roman

- Advertisement -

Berita Terkini