Aminullah Siagian Fokus Berdayakan Perempuan Nelayan

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

MUDANEWS.COM, Medan – Sosok Aminullah Siagian yang dikenal serba bisa dan luwes diberbagai bidang, ternyata juga memberikan perhatian penuh kepada kaum perempuan nelayan.

Selain memperjuangkan aspirasi nelayan secara menyeluruh, Aminullah juga menyoroti keberadaan perempuan nelayan, selama ini selalu terpinggirkan meski peran mereka dalam membantu suami sebagai tulang punggung menambah penghasilan keluarga sangat besar.

Menurut Aminullah, perempuan nelayan penting dalam ekonomi pesisir, seperti menjual ikan hasil tangkapan suami. Pada saat musim angin kencang, untuk mendukung ekonomi keluarga, perempuan pula yang mengolah ikan asin saat suami mereka tidak bisa pergi melaut.

Di sisi lain Aminullah menyebutkan bahwa, selama ini, banyak uang hasil tangkapan ikan habis untuk foya-foya, tanpa pernah memikirkan masa depan keluarga. Ditambah, bantuan yang diberikan dalam bentuk sumbangan dari pemerintah, seperti alat tangkap dan kapal, digunakan tanpa ada pengembalian modal. Banyak yang dijual, dan mereka berpangku tangan berharap bantuan lagi.

“Tantangan yang terbesar ada di dalam keluarga nelayan, bagi para suami kami beri penyadaran untuk bekerja keras dan memperhatikan kesejahteraan keluarga serta para isteri akan kami dorong untuk bersama berjalan dengan suami merencanakan masa depan keluarga mereka,” jelas Aminullah, Selasa (29/01/2019).

Dengan melibatkan perempuan nelayan, jelas Aminullah, maka ekonomi keluarga dapat diperjuangkan. Lewat berbagai pelatihan untuk mengolah hasil tangkapan tidak hanya ikan basah yang dijual murah, tapi dapat diolah menjadi ikan kering tetapi diproduksi baik sehingga harga jualnya dapat meningkat.

“Ke depannya kita harus mempunyai koperasi untuk perempuan nelayan yang berjuang untuk pendidikan anak dan kesejahteraan keluarga dan jaminan kesehatan keluarga dengan menjadi anggota BPJS Kesehatan dan BPJS Tenaga Kerja kalau memang tidak mendapat asuransi nelayan,” ungkapnya.

Sebagai kelompok ekonomi berkekurangan, banyak anak-anak nelayan yang selama ini putus sekolah karena hambatan keuangan.

Lebih lanjut Aminullah menuturkan, untuk kesejahteraan nelayan pesisir, mengindikasikan perempuan nelayan berkontribusi besar dalam perekonomian sektor perikanan. Jelasnya, kontribusi perempuan nelayan dalam keluarga nelayan mencapai 48 persen.

“Hampir 17 jam sehari mereka bekerja memenuhi kebutuhan protein bangsa, kebutuhan ekonomi keluarga nelayan dan menjadi bagian paling penting untuk mencerdaskan bangsa ini. Namun pada saat bersamaan, kontribusi besar yang mereka berikan tidak cukup diimbangi dengan fasilitas dan pengakuan negara kepada mereka,” tuturnya.

Sambil memberikan contoh, Aminullah menyinggung Program Sejuta Asuransi Nelayan. Hanya di bawah 5 persen nelayan perempuan yang terlibat dalam program. Dibeberapa tempat di pulau Jawa misalnya, hanya dua orang perempuan saja dalam satu kecamatan yang mendapat asuransi nelayan. Masih tampak stigma bahwa nelayan itu hanya laki-laki, padahal laki-laki dan perempuan terlibat bersama.

“Menurut kami, masih ada sesat pikir dalam mendefinisikan nelayan itu sendiri, sebab nelayan itu bukan hanya mereka yang pergi melaut tapi mereka yang juga menjual ikan dan mengolahnya,” jelasnya.

Tantangan terbesar perempuan nelayan sambung Aminullah, karena masih banyak orang yang menganggap remeh gerakan perempuan. Kita berkomitmen, jelas Aminullah ingin merubah pemikiran bahwa perempuan hanya dimasukan menjadi bagian keluarga nelayan. Melakukan iniasi dan mendorong tiga organisasi nelayan, yakni Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Persaudaraan Perempuan Nelayan Indoensia (PPNI) dan Persatuan Petambak Garam Indonesia (PPGI).

“Saya melihat perempuan nelayan cepat sekali mencari solusi, hanya tinggal bagaimana menciptakan ruang lebih intens lagi untuk berbicara,” ungkapnya.

Dalam UU No.7 tahun 2016 tentang perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam sudah disebutkan kata perempuan nelayan namun hanya diakui peran mereka besar dalam keluarga nelayan.

Banyak lembaga aktifis nelayan, jelas Aminullah, berniat mengajukan judicial review beberapa undang-undang yang tidak memasukan subyek perempuan di dalamnya.

Aminullah mengakui, persoalan nelayan itu rumit dan advokasi terhadap nelayan mengalami benturan ketika berhubungan dengan nelayan yang sering ke laut. Memfasilitasi isteri dan perempuan nelayan guna memperjuangkan keluarga nelayan pun lalu menjadi sebuah alternatif.

“Saya berharap agar kelompok-kelompok nelayan perempuan harus bisa eksis untuk bisa mengambil peran dalam pembangunan di Provinsi Sumatera Utara sesuai kapasitas mereka dan saya selalu bersedia membantu mereka memperjuangkannya lewat lembaga dewan,” tandas Aminullah Siagian yang merupakan Caleg DPR RI dari Partai Perindo Nomor Urut 2 Dapil Sumut 1. Berita Medan, Maududi

- Advertisement -

Berita Terkini