Analogi Ekonomi Kapitalisme dalam ‘Sabung Ayam’

Breaking News

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

 

Oleh: Marlan Ifantri Lase

MUDANews.com – Sekilas membaca judul tulisan memang Analogi Ekonomi Kapitalisme Dalam ‘Sabung Ayam’ sedikit aneh atau mungkin dikalangan kaum intelektual dengan judul seperti itu penulis akan dikritik habis-habisan.  Atas dasar kesadaran tinggi, penulis memahami ilmunya masih cetek sehingga nantinya siap untuk berdiam diri jika di kritik karena kelemahan-kelemahan dalam tulisan ini.

Berbicara ekonomi kapitalisme sama halnya berbicara ekonomi dunia, dimana sistem yang ada didalamnya sangat-sangat rumit. Memahami bagaimana Adam Smith menyusun satu-persatu fondasi ekonomi kapitalisme bukan hal yang mudah, mengerti bagaimana Karl Marx mengkritik ekonomi kapitalisme harus mengeluarkan buku Das Kapital I dan Das Kapital I. Menganalogikan sistem ekonomi kapitalisme dalam sebuah turnamen ‘Sabung Ayam’ adalah upaya menyederhanakan pemahaman.

Pada dasarnya ekonomi kapitalisme berdiri atas dua nilai dasar yaitu nilai kebebasan dan nilai kompetisi/pertarungan. Dua nilai tersebut menjadi rel pergerakan kapitalisme dunia. Tulisan ini membagi 2 aktor yang terlibat yaitu panitia penyelenggara turnamen sabung ayam yang saya umpakan sebagai negara dan 2 peserta turnamen yaitu Mr. A pemilik ayam yang gagah, kuat, terawat dan besar (ini lah yang disebut sebagai pemodal/pengusaha besar), dan Mr. Z pemilik ayam yang kumuh, kecil dan kurus (dia pedagang/industri kecil yang tak bermodal).

Panitia penyelenggara/ negara menetap regulasi 1. semua berhak menjadi peserta; 2. Tidak ada pembagian kelas; 3. Pemenang adalah yang mampu menghancurkan lawannya hingga mati; 4. Panitia/negara akan mendiskualiafikasi apabila salah satu pemilik masuk ke arena pada saat ayam sedang bertanding; dan 5. Panitia/negara tidak akan masuk kedalam arena juga dan tidak mengganggu kebebasan ayam saat bertanding. Ke 5 Regulasi turnamen yang ditentukan mendudukkan negara sebagai aktor Invisible Hand seperti dijelaskan oleh Adam Smith.

Dengan modal besar yang dimiliki Mr. A setiap hari merawat ayamnya dengan baik, memberikan vitamin, memberikan makan yang sehat, memberikan obat agar terlindung dari penyakit, membangun kandang yang luas dan setiap hari dibersihkan sehingga tidak heran ayam yang ikut turnamen gagah dan kuat. Sedangkan Mr. Z setiap hari membiarkan ayamnya berkeliaran mencari makan dekat rumah, tidak ada perawatan dan pemberian vitamin, ayamnya lusuh, kurus dan kecil.

Kekuatan modal dimiliki Mr. A berbanding terbalik dengan Mr. Z yang tidak bermodal, sehingga secara kualitas ayam Mir. A dan Mir. Z jelas berbeda jauh. Menariknya dalam turnamen ‘sabung ayam’ (ekonomi kapitalisme) tidak mempersoalkan perbedaan kualitas, sebab prinsip dasar yang dibangun adalah kebebasan semua peserta untuk berhak ikut berpartisipasi dalam kompetisi.

Sebelum kompetisi ‘sabung ayam’ di mulai, kita sudah bisa melihat pemenangnya dengan regulasi dari panitia penyelenggara. Jelas kemenangan diraih ayam  Mr. A, dengan sekali pukul saja ayam Mr. Z yang lemah itu akan terkapar, terlempar bahkan mati. Lalu dengan wajah gembira panitia memberikan piala kepada Mr. A tanpa memperdulikan Mr. Z.

Penuh kesadaran kita bisa melihat turnamen tersebut jelas sangat-sangat tidak adil. Ketidak-adilan ini terus berlanjut disetiap turnamen-turnament berikutnya. Inilah bentuk analogi sistem ekonomi kapitalisme yang di gunakan banyak negara, termasuk Indonesia. Negara Indonesia selalu memenangkan pihak pemodal disetiap pembangunan ekonomi, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin  adalah konsekuensi dalam ekonomi kapitalisme.

Penulis adalah Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU)

 

 

 

 

- Advertisement -

Berita Terkini